Laporan baru mengungkapkan bahwa CEO Atari saat ini, Wade Rosen, menawarkan untuk mengakuisisi perusahaan tersebut.
Informasi ini pertama kali dipublikasikan oleh PC Gamer (via Game Developer). Jika kalian tertarik dengan kondisi di industri video game, kalian bisa melihat artikel kami lainnya di sini.
Wade Rosen Tawarkan Untuk Akuisisi Atari
PC Gamer melaporkan bahwa CEO Atari, Wade Rosen, telah membuat “penawaran bersahabat” untuk membeli perusahaan tersebut. Dalam siaran pers Atari, akuisisi Rosen akan “meningkatkan kapasitas pemegang saham pengelola agar mendukung ambisi pengembangan perusahaan”.
Penawaran ini, yang berlangsung dari tanggal 22 Desember 2022 hingga 26 Januari 2023, telah muncul setelah Atari melaporkan “kekurangan likuiditas dan persyaratan pembiayaan tambahan”.
Untuk paruh pertama tahun fiskal 2022 – 2023, Atari mengalami kerugian sebesar €5,4 juta, naik 54,2% dari 2021 – 2022 sebesar €3,5 juta.
Salah satu alasan terbesar kerugian mereka adalah konsol dan kartrid Atari VCS. Penjualan kedua produk itu menurun dari €2,3 juta menjadi €0,2 juta, dengan VCS memegang banyak kesalahan. Produksi konsol tersebut telah dihentikan, meskipun Atari mengatakan akan menerapkan “strategi komersial baru” yang akan berlanjut hingga tahun 2023.
Meskipun demikian, pendapatan game Atari naik 10% dari tahun 2021. Atari secara keseluruhan mencatat ada “lingkungan makro yang tidak pasti” untuk game dan juga blockchain. Dengan itu, Atari mengatakan akan terus mengembangkan dan menerbitkan franchise RollerCoaster Tycoon selama dekade berikutnya.
Atari masuk ke dunia blockchain pada tahun 2021, tetapi menghentikan proyeknya pada awal tahun 2022 setelah berselisih dengan mitra bisnis crypto mereka, grup ICICB. Dalam laporannya, perusahaan mengakui adanya “ketidakpastian di sekitar lingkungan pasar blockchain”.
Pendapatan blockchain milik Atari juga meningkat dari €400.000 menjadi €700.000, meskipun nilai aset digital Atari masih diperdebatkan. Di metaverse Sandbox, Atari memiliki 972 parsel, tetapi menurut pengakuannya sendiri: “Sulit untuk menetapkan nilai agregat untuk aset-aset ini.”
Indonesia
