ReviewPC

Preview HR Simulator: Kejar Produktivitas atau Pertahankan Stabilitas Pekerjaan?

Berikut adalah preview Gamedaim setelah memainkan HR Simulator selama lebih dari empat jam.

Apa jadinya jika kalian diterima bekerja sebagai Human Resource (HR)? Apakah kalian memiliki rasa kasihan terhadap calon karyawan yang mendaftarkan diri ke perusahaan kalian atau tetap bersikap profesional saat bertemu mereka? Gamedaim telah mendapatkan kesempatan spesial dari Animesme untuk mencoba sambil menuliskan preview HR Simulator.

Berikut adalah preview Gamedaim setelah memainkan HR Simulator selama lebih dari empat jam. Perlu dicatat bahwa game ini masih dalam masa Early Access, sehingga semua kritik dan bug yang saya cantumkan dalam artikel ini kemungkinan besar akan diperbaiki di pembaruan-pembaruan berikutnya.

HR Simulator sudah tersedia sebagai game Early Access di PC (Steam).

Preview HR Simulator: Kejar Produktivitas atau Pertahankan Stabilitas Pekerjaan?

Preview hr simulator: kejar produktivitas atau pertahankan stabilitas pekerjaan?
Sumber: Animesme

Saat menerima akses preview untuk game berjudul “HR Simulator”, saya awalnya memiliki ekspektasi bahwa game buatan Animesme ini akan menarik karena mereka tampaknya ingin merefleksikan kondisi nyata susahnya mencari pekerjaan saat ini.

Namun, ekspektasi yang saya dapatkan saat mencobanya ternyata berbeda. Saya dikenalkan dengan seorang alumnus bernama Ummu, di mana dia baru saja lulus dari kuliahnya dan telah mendapatkan pekerjaan sebagai Human Resource (HR) baru di sebuah perusahaan.

Perkenalan Ummu disuguhkan dengan animasi cutscene bergaya komik, sehingga tidak adanya voice over sangat diwajarkan. Gaya seni yang ditawarkan juga tampak seperti gabungan antara seni cat air dan digital, tetapi suasananya sangat nyaman untuk dilihat oleh mata.

Preview hr simulator: kejar produktivitas atau pertahankan stabilitas pekerjaan?
Sumber: Animesme

Saya juga mengapresiasi Animesme atas kemudahan kontrol game-nya dengan mengadopsi “point-and-click” melalui mouse, alih-alih menambahkan keyboard.

Memasuki fase tutorial, saya harus akui untuk playthrough pertama memang seperti orang buta, terutama dari cara merekrut calon karyawan hingga memasuki fase wawancaranya. Dimulai dari membulatkan beberapa poin CV berdasarkan pernyataan dari calon karyawan, misalnya, yang sebenarnya hanya mendapatkan waktu dua jam di dalam game, tetapi membuat saya sendiri panik karena saya harus cekatan untuk melakukan fact check.

Namun, hal itu belum ditambah dengan tantangan baru bahwa dalam sehari, saya hanya bisa melakukan empat kegiatan saja. Yang berarti saya harus bisa mengelola waktu secara efisien dalam hal merekrut calon karyawan hingga melatih mereka.

Preview hr simulator: kejar produktivitas atau pertahankan stabilitas pekerjaan?
Sumber: Animesme

Setelah itu, kalian akan diperkenalkan dengan namanya target produktivitas, di mana Ummu diminta untuk meraih target produktivitas yang ditetapkan oleh perusahaannya. Ini berarti saya harus secara selektif memilih karyawan mana yang bisa bekerja secara produktif, tetapi juga harus bisa menyaring karyawan mana yang tidak cocok dengan pekerjaannya.

Sulit? Sangat sulit untuk pertama kali, karena saya harus dipaksa akrab dengan semua fitur yang diperkenalkan itu dalam satu kali jalan, yang berarti ke depannya saya harus melakukan uji coba secara pribadi. Menegangkan? Tentu saja, tetapi hal itu menimbulkan rasa tantangan tersendiri untuk belajar sambil memahami apa yang ingin Animesme capai dalam game-nya.

Setelah itu, Ummu ditinggalkan oleh HR lama dan mendapatkan waktu satu bulan untuk meraih target produktivitas yang diminta perusahaannya. Dalam situasi ini, saya bisa saja memberikan “tips and tricks”-nya agar bisa melakukannya secara efisien, tetapi itu justru berbanding terbalik dari tujuan Animesme sebenarnya kepada para pemain.

Preview hr simulator: kejar produktivitas atau pertahankan stabilitas pekerjaan?
Sumber: Animesme

Dari game ini dan pengalaman saya saat memainkannya, Animesme ingin pemain mengetahui bahwa proses memecat dan merekrut karyawan itu terkadang menguras mental HR itu sendiri, terutama jika HR yang dimaksud adalah orang baru yang tidak tahu apa-apa.

Di sisi lain, game ini juga mengajarkan bagaimana semua orang dari latar belakang apa pun, bahkan hantu hingga dewa sekalipun ingin sekali bekerja karena sulitnya mencari pekerjaan.

Dengan adanya sistem Mood dan uang, saya diminta untuk mengelola mental pribadi sambil mengurus finansial perusahaan sekaligus. Saya jamin playthrough pertama kalian akan sulit melakukannya karena banyak faktor yang dipertimbangkan, tetapi setelah kalian menemukan ritmenya, kalian akan menyadari bahwa game buatan Animesme ini cukup mudah dimainkan.

Preview hr simulator: kejar produktivitas atau pertahankan stabilitas pekerjaan?
Sumber: Animesme

Saya bahkan harus menguji coba teori saya dengan mengajak adik saya memainkan game ini dan hasilnya memang serupa: Dia gagal mencapai target produktivitas di playthrough pertama sehingga Ummu dipecat dari perusahaannya. Setelah memainkannya lagi, dia baru menyadari bahwa ada beberapa hal yang memang tergolong statis dalam aspek wawancara, mini game yang ditawarkan, hingga pengelolaan Mood-nya.

Saya tidak bisa mengomentari lebih banyak karena Animesme hanya menawarkan akses game mereka hingga Chapter 1 saja, sedangkan versi lengkapnya nanti akan memiliki empat Chapter.

Mengingat HR Simulator masih berupa game Early Access, perlu kita sadari bahwa game ini tidaklah sempurna. Masih banyak kritik yang bisa saya sampaikan terkait game ini yang saya harap bisa diperbaiki hingga peluncuran versi 1.0 nanti:

  • Kurangnya adegan voice over untuk cutscene yang memiliki dialog seperti di akhir Chapter 1. Mungkin di bagian tutorial juga bisa ditambahkan, tetapi dilihat kembali limitasinya seperti apa.
  • Sistem wawancaranya mungkin bisa dibuat lebih beragam dan dinamis, mengingat karakter-karakter yang direkrut memiliki karakteristik hingga poin-poin CV yang sama sehingga saya bisa tahu karakter mana yang produktivitasnya tinggi saat mengulang playthrough.
  • Masih dalam aspek wawancara, saya rasa pemain akan sangat cepat menyadari bahwa poin-poin CV yang dilingkari bisa dilakukan secara langsung tanpa harus mengecek kembali hasil wawancara dengan karakter tertentu. Ini yang membuat saya sadar jika game ini ingin memiliki replayability yang tinggi, maka sistem wawancaranya harus dibuat lebih beragam dan dinamis.
  • Mungkin kegiatan dalam seharinya bisa dibuat lebih lama dengan memotong durasi satu kegiatan menjadi satu jam untuk kegiatan-kegiatan tertentu (saat menggunakan toilet, misalnya). Ini mungkin menjadi kritik utama saya karena sistem Mood yang ada terlihat tidak berguna karena ketika Mood Ummu hanya satu, Mood-nya tidak turun lagi saat berbicara dengan karyawan yang lagi stres. Secara logis, Mood Ummu seharusnya habis.
  • Variasi mini game saat melatih karyawan mungkin bisa ditambahkan lagi, mengingat baru ada dua mini game saja dan keduanya bisa dilewati sangat mudah. Di sisi lain, saya ingin melihat dampak mini game di saat Ummu berada di apartemennya lebih memiliki makna sehingga tidak terasa statis, misalnya jika Ummu tidak mengelus-elus kucingnya selama seminggu terakhir memiliki dampak tertentu (hilang, misalnya).
Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai Analis Kimia, Fransiskus memutuskan untuk mengejar impiannya di bidang jurnalistik dan telah aktif meliput industri game sejak tahun 2020. Saat ini, ia tengah mendalami studi di bidang Hubungan Masyarakat (Humas).…
Leave Comment

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.