Review Fantech Sakura Lite Edition: Punya Setup Pink Gak Harus Mahal

Fantech Sakura Lite Edition Setup Gamedaim Review

Fantech memberikan jawaban bagi yang ingin mengubah setup ke warna pink dengan Fantech Sakura Lite Edition. Harganya pun terjangkau.

Pada umumnya gaming gear itu didominasi warna hitam dan banyak anggapan bahwa gaming gear dengan warna yang terbilang jarang (termasuk pink) itu mahal.

Tetapi Fantech Indonesia membuktikan bahwa mempunyai sepaket gaming gear dengan warna pink itu gak harus mahal. Tapi juga bukan berarti tidak berkualitas sama sekali, tentu kualitas tetap terjaga dengan ukuran-ukuran tertentu.

Pada review Fantech Sakura Lite Edition ini, penulis akan melakukan review satu per satu dari setiap gaming gear yang ada.

Gamedaim mendapat kesempatan dari Fantech Indonesia untuk melakukan review terhadap Fantech Sakura Lite Edition. Simak review-nya berikut ini.

Box Fantech Sakura Lite Edition

Setiap gaming gear pada pembelian paket combo gaming gear Fantech Sakura Lite Edition akan mendapatkan box yang cukup besar.

Box utama Sakura Lite Edition terdapat handles yang bagian depannya memperlihatkan icon gaming gear. Bobot keseluruhan box beserta isinya ini juga tidak terlalu berat, hanya sekitar 5kg.

Warna pink pada box sudah menggambarkan secara keseluruhan tema dari combo gaming gear set Sakura Lite Edition.

Adapula isi dari box utamanya yaitu: mouse Crypto VX7, headset HG20 Chief II, keyboard Fighter II K613L, headset stand Tower AC3001, dan mousepad Sven MP35.

Berikut ulasannya untuk setiap produk secara merinci.

Mouse Crypto VX7: Pink yang Berkapur

Produk pertama yang akan penulis ulas ialah si mouse Crypto VX7.

Menyoal box, pada bagian depan memperlihatkan gambar produk, dan pada bagian belakang menjelaskan kesimpulan fitur dari si mouse.

Adapun isi dari box ini ialah mouse, sepasang mouse glide, kartu garansi, dan buku manual.

Untuk mouse seperti ini yang sudah menyediakan mouse glide menjadi nilai plus banget menurut penulis.

Crypto VX7 punya build quality cukup bagus atau standar yang materialnya itu plastik dan ada rasa berkapurnya sedikit.

Mouse ambidextrous berwarna pink matte dengan campuran warna abu-abu apda tombolnya ini punya ukuran panjang 12.8cm x lebar 6.8cm, dan tinggi 4cm.

Mouse ini cocok untuk bermain gim FPS karena ada 3 tombol tambahan yaitu DPI button, forward dan backward button. Selain itu kita juga bisa mengkustomisasi 6 tombol secara keseluruhan melalui dedicated software Crypto VX7 yang bisa kita unduh melalui situs resmi Fantech.

Bobot mouse terbilang medium yaitu sekitar 84 gram. Sensornya sendiri gaming optical dengan jangkauan DPI dari 200 sampai 8000, 60 IPS, 20g acceleration, dan polling rate yang sayangnya masih di angka 125Hz.

Meskipun demikian, mouse ini sudah mengusung kabel sepanjang 1.8 meter yang nylon braided dan mengusung RGB 4 color pada bagian logo Fantech dan sekeliling mouse.

RGB 4 warnanya itu biru, pink, merah, dan ungu. Kita bisa menggantinya dengan tombol kombinasi forward/backward + DPI button.

Selain tombol kombinasi, kita juga mengotak-ngatik mode RGB, DPI, wheel speed, fire speed, sampai pointer-nya melalui dedicated software sama seperti tombol macro-nya.

Penulis sudah memakai mouse ini untuk bermain Apex Legends dan akurasi serta presisi berjalan dengan baik. Tak ada masalah. Penulis yang ukuran tangannya hanya sekitar 18cm pun memakai mousei ini dengan palm grip karena mouse ini cocok untuk grip tersebut.

Berikutnya mengenai si keyboard.

Fighter II K613L: Keyboard dengan Floating Switch

Baik kita bahas soal box terlebih dahulu.

Pada bagian depan box memperlihatkan gambar keyboard dan beberapa fitur pada bagian kanan bawahnya, lalu pada bagian belakangnya itu penjelasan mengenai spesifikasi teknis sampai floating keys-nya.

Isi boxnya itu yaitu keyboard, buku manual, dan kartu garansi.

Keyboard ini memakai material plastik ABS pada bagian belakang dan material alumunium tipis pada case atasnya. Panjang kabelnya itu sekitar 1.5 meter dan sudah nylon copper.

Fighter II K613L bukanlah mechanical keyboard karena mengusung floating switch dengan 45g trigger pressure.

Floating switch secara kelebihan mudah untuk kita ketik karena trigger pressurenya yang kecil jika kita bandingkan dengan mechanical switch pada umumnya (walau tidak semua).

Namun floating switch tidak banyak peminatnya karena tampilannya yang kurang masuk bagi beberapa orang serta rasa pengetikannya yang masih kurang cocok. Ini benar-benar soal prefrensi aja sih. Secara pribadi, penulis menyukainya untuk mengetik, tapi tidak untuk bermain gim.

Fighter II K613L mengusung desain full layout dengan total jumlah 104 tombol dan punya ukuran panjang 43cm, lebar 13cm, dan tinggi 4cm.

Ketahanan tombolnya mencapai 8 juta keystroke dan anti-ghosting sampai 25 tombol.

Tidak Mengusung RGB, Hanya Backlit

Walau tidak mengusung RGB, keyboard ini tetap memiliki backlit berwarna putih yang kita bisa atur intensitas cahayanya melaui tombol kombinasi FN + PG UP/PG DN. Sedangkan untuk mematikan backlit tinggal pencet FN + SCR.

Namun yang penulis agak kurang sreg dengan backlitnya ialah keycaps yang tembus cahayanya entah mengapa seperti ada yang mengganjal. Jadi backlitnya itu tidak sepenuhnya tembus. Ada beberapa tombol yang cahaya backlitnya tidak seterang tombol lain.

Lalu mengenai kualitas keycaps-nya sendiri itu halus jika penulis sentuh dan ada rasa berkapurnya sama seperti si mouse.

Font pada keycaps sendiri itu standar dan sudah cukuplah. Selebih lagi ada beberapa tombol yang punya font sendiri seperti tombol Space.

Pada bagian kanan atas keyboard juga terdapat indikator untuk Capslock dan lainnya.

Lalu pada bagian belakang keyboard, kaki keyboardnya ini ada 2 yang ditariknya itu kesamping. Tinggi kaki keyboardnya sudah memberikan rasa ergonomis untuk pengetikan.

Berikutnya penulis akan mengulas si headset.

Headset Chief II HG20: Desain Over Ear yang Unik

Box Chief II HG20 yang didominasi warna pink ala sakura ini berisikan headset, buku manual, dan kartu garansi.

Headset ini punya build quality cukup solid. Materialnya sendiri plastik sama seperti si mouse.

Kabel 2 meter si headset ini agak beda karena kabel utamanya yang sepertinya nylon itu terlapisi plastik licin.

Lalu bagian ujungnya terbagi 3 kabel lagi yaitu: USB, 3.5mm audio jack, dan 3.5mm microphone jack.

Desain Chief II HG20 itu agak unik karena pada bagian housing earcup luarnya atau tepatnya pada bagian logo punya bentuk yang tidak biasa.

Busa pada earcup sendiri itu tipis jadi walau berdesain over ear, telinga penulis yang caplang masih bisa menyentuh lapisan kain yang melindungi si driver headset.

Ukuran headset yang punya driver 50mm ini sangat cocok untuk kepala penulis. Selebih lagi headband-nya ini adjustable.

Inner headband itu punya lapisan beda pada bagian atasnya dan bawahnya. Inner headband bawahnya punya busa yang tipis dengan lapisan kulit sintesis. Sedangkan bagian atas inner headband-nya itu lumayan keras dan sama-sama punya lapisan kulit sintesis. Inner headband bawahnya pas menyentuh ubun-ubun kepala itu benar-benar enteng.

Pada bagian atas inner headband-nya sendiri terdapat logo Fantech yang debossed.

Kemudian outer headband-nya memang tipikal headset yang entry-level karena bahannya sendiri bukan metal melainkan hanyalah plastik. Headband-nya ini kalau penulis tarik masih bisa fleksibel peregangannya.

Menyoal tombol sendiri headset ini hanya ada tombol model wheel untuk pengaturan volume yang letaknya di sebelah kiri belakang.

Suara Perekaman Microphone yang Masih Kurang

Yang penulis bikin kurang sreg itu karena microphonenya.

Microphone headsetnya fleksibel karena mudah penulis gerakkan dan sepertinya mengambil pick up model omnidirectional. Namun si microphone ngerekam suara itu masih kecil sekali untuk ukuran sebuah microphone headset. Suara penulis sih memang terdengar dengan jelas, tetapi suara penulis itu terasa amat kecil walaupun sudah mencoba teriak. Boost microphone bahkan sudah penulis naikkan ke 50% dan tetap kecil.

Sayangnya lagi microphone ini tidak ada fitur ENC jadi suara ambient seperti hujan akan sangat terdengar oleh microphone.

Berikut hasil perekaman dari microphone headset Chief II HG20 dengan kondisi suara kipas angin tidak menyala:

Lalu soal kualitas suara dari driver.

Setelah penulis mencoba mendengarkan musik, driver headset lebih condong ke arah treble. Suara vokal penyanyi itu agak mendem sedikit tapi tetap terdengar jernih. Sedangkan suara bass memang lebih kecil dari treblenya. Headset ini sendiri sebenarnya punya pengaturan bass boost melalui sound control panel.

Bagaimana dengan gaming?

Sepert biasa lagi saat mencoba main Apex Legends.

Karena driver headset condong ke treble, pas main itu suara tembakan amat sangat jelas dan bahkan terasa ter-boost aja gitu suaranya. Begitupula dengan step yang juga terdengar letak suaranya.

Satu lagi, headset ini mengusung LED yang letaknya di logo Fantech itu sendiri ngebuat headset semakin lucu.

AC3001 Tower: Headset Stand Berbentuk Burj Khalifa

Karena sepaket, tentunya Fantech Sakura Lite Edition juga terdapat headset stand untuk menaruh headset Chief II HG20.

Box stand ini berisikan 2 body part si stand dan buku panduan cara untuk memasang 2 body part stand menjadi stand utuh.

Cara memasang stand-nya sendiri sangat mudah tinggal puter dan sesuaikan.

Secara material, body standnya itu full plastik. Built quality-nya ini kokoh dan benar-benar solid. Sesolid bangunan Burj Khalifa.

Bentuk base platform stand ini pun memang berbentuk mirip dengan foundation base-nya Burj Khalifa yang membentuk huruf Y.

Dengan base seperti demikian, stand ini bisa menahan beban berat dari si headset jadi tidak mudah tergoyang.

Kepala stand juga memiliki panjang yang cukup untuk menaruh headband headset.

Melihat pada bagian bawah stand itu memiliki 3 rubber anti slip agar stand tidak mudah tergeser.

Untuk headset stand secara keseluruhan dan secara pribadi, penulis menyukainya karena built quality yang terasa premium.

Sven MP35: Mousepad Berbahan Karet

Produk terakhir ialah mengenai mousepad pada paket Fantech Sakura Lite Edition.

Box mousepad ini satu satunya yang berbentuk persegi panjang. Isinya sendiri hanyalah si mousepad.

Sven MP35 yang punya nama seperti karakter film Frozen maupun gim Dota 2 ini punya bahan dasar karet.

Secara ukuran termasuk small yang panjangnya 35cm dan lebar 25cm.

Pinggiran mousepad ini punya jahitan yang keras membuat tahan lama.

Karena bertipekan speed mousepad, mousepad ini punya permukaan yang halus agar memudahkan pergerakan mouse.

Bagian belakang mousepad yang berbahan dasar karet

Saat penulis sekedar browsing maupun gaming, pergerakan mouse jadi lebih presisi dan akurat karena permukaan mousepad.

Spesifikasi Teknis Fantech Sakura Lite Edition

Mouse Crypto VX7

– Gaming Optical Sensor
– DPI 200 – 8000
– 60 IPS Speed
– 20g Acceleration
– Polling Rate 125hz
– 1.8m nylon braided cable
– Silicon Rubber Roller
– RGB 4 Color
– Dimension  : 128mm x 68mm x 41mm
– Weight  : 84gr

Keyboard Fighter II K613L

Headset Chief II HG20

Headset Stand AC3001 Tower

Mousepad Sven MP35

Kesimpulan Review Fantech Sakura Lite Edition

Yang bisa penulis simpulkan dari review Fantech Sakura Lite Edition ini ialah, paket gaming gear set ini amatlah worth it sesuai harganya.

Sakura Lite Edition menjadi pilihan amat sangat terjangkau dan bisa jadi pilihan awal bagi kalian yang ingin membangun setup bertemakan warna pink.

Sebenarnya Fantech menjual isi dari paket Fantech Sakura Lite Edition secara terpisah, namun dari segi warna produk dan harga jika dibandingkan dengan paket satu ini justru makin murah.

Secara build quality setiap produk yang ada sudah mencukupi. Untuk kebutuhan seperti gaming juga bisa memadai walau kurang cocok untuk ranah kompetitif.

Tapi yang pasti dengan harganya yang terjangkau, paket Fantech Sakura Lite Edition ini dijamin akan membuat setup kalian semakin ciamik dengan mengeluarkan harga yang tidak terlalu besar.

Bagi kalian yang tertarik setelah membaca review Fantech Sakura Lite Edition ini, kalian dapat membelinya seharga Rp699.000 untuk harga diskon saat review ini tayang melalui link pembelian berikut ini.

Exit mobile version