Pengacara paten dan manajer umum departemen IP Nintendo, Koji Nishiura, telah mengungkapkan bahwa emulator dapat menjadi ilegal tergantung pada cara penggunaannya.
Informasi ini dipublikasikan oleh Denfaminicogamer dan Game Watch (via Automaton). Jika kalian tertarik dengan kondisi di industri game, kalian bisa melihat artikel kami lainnya di sini.
Nintendo: Emulator Bisa Menjadi Ilegal Tergantung Bagaimana Penggunaannya
16 Januari 2025 – Sebuah ceramah baru-baru ini yang diselenggarakan oleh Asosiasi Hak Cipta Perangkat Lunak Komputer Jepang telah dihadiri oleh banyak ahli hukum dari industri game Jepang dan beberapa media Jepang seperti Denfaminicogamer dan Game Watch.
Ceramah tersebut berfokus pada sejumlah topik, dengan salah satunya adalah masalah emulasi. Pengacara paten dan manajer umum departemen IP Nintendo, Koji Nishiura, menjelaskan bahwa meskipun emulator tergolong tidak ilegal secara definisinya, emulator dapat menjadi ilegal jika beroperasi dengan cara yang melanggar hak-hak perusahaan.
“Pertama-tama, apakah emulator itu ilegal atau tidak?” ujar Nishiura seperti yang diterjemahkan oleh Automaton. “Ini adalah poin yang sering diperdebatkan. Meskipun Anda tidak dapat langsung mengklaim bahwa emulator itu sendiri ilegal, emulator dapat menjadi ilegal tergantung pada cara penggunaannya.”
Nishiura menjelaskan bahwa meskipun emulator yang meniru hardware game mungkin legal di atas kertas, jika emulator juga menyalin program milik hardware tersebut, hal itu bisa menjadi pelanggaran hak cipta.
Menurut Nishiura, jika emulator menonaktifkan langkah-langkah keamanan seperti enkripsi, hal tersebut dapat dianggap ilegal. Nishiura memberikan contoh metode flash cart dari penggunaan flash cart Nintendo DS.
Nishiura juga menunjukkan bahwa Nintendo dan lebih dari 50 produsen software lainnya mengajukan gugatan bersama terhadap penjual flash cart dan memenangkan keputusan bahwa mereka melanggar Undang-undang Pencegahan Persaingan Tidak Sehat Jepang.
Nishiura memberikan contoh lainnya bahwa jika emulator menautkan pengguna ke sumber daya di mana game bajakan dapat diunduh, hal ini juga dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
SEGA, Konami, dan Capcom: Paten Game adalah Cara untuk Mengembalikan Biaya Pengembangan
Di sisi lain, topik lain yang dibahas adalah penanganan hak kekayaan intelektual di antara para pesaing industri game. Perlu dicatat bahwa topik ini didasarkan pada hukum kekayaan intelektual Jepang.
Kepala pengembangan perusahaan SEGA, Kikuo Matsumoto, memulai pembahasan dengan menyatakan bahwa industri game telah berkembang melalui para pengembang yang saling “meniru” dan mengembangkan ide satu sama lain, dan tidak ada yang salah dengan mengambil inspirasi dari karya-karya perusahaan lain.
Namun, Matsumoto menyebutkan bahwa ada batasan seberapa banyak para pengembang dapat “meniru” sebelum menjadi sebuah masalah. SEGA hanya akan mengambil tindakan ketika batas ini terlampaui.
Matsumoto juga menjelaskan bahwa SEGA secara aktif mengajukan aplikasi paten untuk solusi teknologi baru yang muncul selama pengembangan game dan ini sangat berkaitan dengan betapa mahalnya biaya pembuatan game.
Menurut Matsumoto, SEGA tidak mendaftarkan paten agar bisa memonopoli teknologi dan menggunakannya secara eksklusif, melainkan dengan kebijakan bahwa pihak lain bisa menggunakan solusi SEGA selama mereka mengajukan lisensi dan membayar dengan harga yang sesuai.
Manajer umum departemen hukum Konami, Shunsuke Murase, menjelaskan pernyataan Matsumoto dengan berkomentar bahwa dengan biaya pengembangan yang membengkak, melisensikan sebuah teknologi baru dan mekanisme gameplay kepada perusahaan lain adalah cara penting untuk mengembalikan investasi.
Murase juga mencatat bahwa jika Konami tidak cukup melindungi penemuan yang lahir dari penelitian para pengembangnya, maka para pengembang akan kehilangan insentif, yang berdampak negatif pada inovasi di game-game masa depan dan menciptakan “lingkaran setan”.
Manajer umum divisi hukum Capcom, Motoki Okuyama, memberikan pandangan lain dengan menyatakan bahwa paten secara tidak langsung memainkan peran penting dalam melindungi merek.
Menurut Okuyama, kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh produk bajakan terhadap merek seseorang cukup serius untuk “membahayakan kelangsungan hidup perusahaan”. Namun karena undang-undang hak cipta tidak dapat digunakan untuk melindungi ide game itu sendiri, Capcom menggunakan “strategi kekayaan intelektual campuran”, yang secara aktif mengejar pendaftaran paten dan juga merek dagang.
Sebagai penutup, Nishiura menjelaskan bahwa Nintendo secara aktif memperoleh berbagai bentuk hak kekayaan intelektual karena semuanya dapat memberikan cakupan perlindungan hukum yang berbeda. Menurut Nishiura, Nintendo memanfaatkan hak-hak tersebut dengan berbagai cara untuk melindungi merek mereka dan “penting untuk perkembangan industri game yang sehat”.