Kasus “crunch culture” dari Brandoville Studios telah kembali menguak di media sosial, yang memperlihatkan bukti-bukti penyiksaan, pelecehan, hingga perundungan terhadap karyawan-karyawan yang bekerja di studio tersebut.
Informasi ini dipublikasikan oleh @Bisher_d790 dan didukung oleh Nmia Gaming. Jika kalian tertarik dengan kondisi di industri video game, kalian bisa melihat artikel kami lainnya di sini.
Contents
Mengenal “Crunch Culture” dari Brandoville Studios
Pada Maret 2021, People Make Games melaporkan situasi “crunch culture” yang terjadi dari beberapa studio pendukung di Asia Tenggara yang telah mengembangkan beberapa game terkenal seperti Final Fantasy XIV, The Last of Us Part II, dan Cyberpunk 2077.
Salah satu studio tersebut adalah Brandoville Studios, mantan anak studio Lemon Sky Studios yang telah mendapatkan independennya pada tahun 2020 sejak didirikan pada tahun 2018.
Setelah berbicara dengan 8 karyawan dan mantan karyawan Brandoville Studios, People Make Games melaporkan bahwa “crunch culture” di studio tersebut memiliki “lebih banyak masalah sistemik” yang terjadi.
“Saya bekerja setiap hari hingga pukul 3 pagi selama beberapa bulan pertama saya dan ketika saya mengatakan setiap hari, itu termasuk akhir pekan,” kata seorang sumber kepada People Make Games.
Sumber lainnya menambahkan, “Anda harus melakukannya atau pergi. Saya bekerja lembur hampir setiap hari, antara 10 hingga 30 jam per minggu.”
Ketika dimintai komentar, perwakilan Brandoville Studios mengatakan kepada People Make Games:
Memang benar bahwa kami tidak membayar uang lembur karena kami juga menghabiskan banyak sumber daya dan kami masih baru. Sebagian besar artis kami masih pemula dan beberapa di antaranya belum terbiasa dengan teknologi kami. Jadi kami mengeluarkan biaya untuk itu terlebih dahulu, untuk pelatihan.
Brandoville Studios
Meskipun demikian, realitas yang ditemukan oleh People Make Games berkata sebaliknya.
Beberapa sumber mengatakan kepada People Make Games bahwa dua pemimpin Brandoville Studios, Ken Lai dan Cherry Lai, telah membuat sebuah budaya di mana “Anda akan dilihat sebagai pekerja keras, anggota keluarga yang bersemangat, atau Anda tidak akan diterima”.
Gamedaim Hadir di TikTok! Ayo Follow kami di @gamedaimcom dan dapatkan berbagai konten menarik seputar dunia game.
People Make Games saat itu tidak menyebutkan nama Cherry Lai, tetapi hanya membahasnya sebagai “istri CEO [Ken Lai]”.
Bukti-bukti juga diberikan tentang bagaimana seorang karyawan akan mendapatkan hari cutinya di hari Senin karena telah bekerja di hari libur nasional, tetapi tidak diperbolehkan secara keras oleh Cherry Lai. Ia bahkan mencoba menyindir karyawan tersebut untuk tidak mengambil cuti hanya karena karyawan lainnya tidak mengambil cuti ama sekali.
Perwakilan Brandoville Studios langsung memberikan pernyataan tentang hal tersebut kepada People Make Games:
Saya mengerti pasti ada beberapa karyawan yang kecewa dengan kebijakan semacam ini. Kami selalu berusaha memperlakukan mereka dengan adil.
Brandoville Studios
Pada Mei 2021, salah satu pemilik People Make Games, Chris Bratt, telah menerbitkan sebuah artikel Eurogamer yang memperpanjang laporan mereka tentang Brandoville Studios.
Menurut Bratt, seorang sumber senior menjelaskan bahwa jika studio seperti Brandoville Studios meminta anggaran yang lebih besar, atau tenggat waktu yang lebih lama, untuk memprioritaskan kesejahteraan karyawannya, studio tersebut akan menghadapi risiko disaingi oleh studio outsourcing lain.
Bratt kemudian menunjukkan bagaimana Brandoville Studios saat itu menjadi panelis di acara External Development Summit yang berjudul “Let’s Talk About Crunch”.
Ketika ditanya apakah ia percaya bahwa pengembang game benar-benar “outsourcing crunch”, CEO Ken Lai mengatakan bahwa ia tidak setuju dan pada kenyataannya, hubungan ini telah menghasilkan “lebih banyak kesempatan dan karier” bagi pengembang game di negara-negara seperti Indonesia.
Kemudian, Ken Lai ditanya bagaimana karyawannya mendapatkan kompensasi atas lembur yang mereka lakukan.
“Kami memiliki tunjangan,” kata Ken Lai. “Selain itu, kami memastikan ada hari Sabtu dan hari libur. Selama Natal, kami mematikan server dan memastikan bahwa kami memiliki waktu libur dan menyegarkan orang-orang. Kami memastikan, seperti yang saya katakan, bahwa kami memiliki sumber daya ekstra untuk memenuhi kebutuhan lembur yang tidak terduga.”
Bratt juga mengirimkan rekaman panel tersebut kepada salah satu mantan karyawan Brandoville Studios dan meminta perspektifnya tentang percakapan tersebut.
“Pandangan Ken tentang lembur secara efektif menyalahkan kurangnya kemampuan artis atau klien yang meremehkan beban kerja,” ujar mantan karyawan tersebut.
“Kedua hal yang seharusnya dipantau oleh manajemen proyek, klien/pemasaran, dan atasan. Sebaliknya, dia menggunakan pembicaraan ini sebagai kesempatan untuk mencoba mempromosikan Brandoville lebih jauh dan menghilangkan apa yang telah diekspos oleh video tersebut tentang budaya dan kondisi kerja perusahaan.”
Kasus Penyiksaan, Perundungan, dan “Crunch Culture” di Brandoville Studios Kembali Menguak
Beberapa tahun setelah kemunculan laporan People Make Games, programmer gameplay di Blackmouth Games, Bisher Dokkmak, telah membuka kembali kasus “crunch culture” di Brandoville Studios dengan memberikan bukti-bukti kuat dari salah satu karyawan bernama Christa Sydney, yang mendeskripsikan pengalamannya selama bekerja di studio tersebut.
Bukti-bukti tersebut mendeskripsikan bagaimana Christa Sydney telah dirundung, disiksa, diteror, dan dilecehkan oleh Cherry Lai selama ia bekerja di Brandoville Studios.
Kami berterima kasih kepada @vngnc karena telah membuat rangkuman kasus ini, dengan beberapa poin utamanya adalah:
- Kekerasan Fisik: Cherry Lai melakukan pelecehan fisik terhadap Christa Sydney, termasuk menampar, mencekik, dan memaksanya untuk membenturkan kepala ke dinding, yang menyebabkan luka-luka seperti tinnitus, gegar otak, dan sinusitis.
- Manipulasi Emosional: Cherry Lai menggunakan taktik manipulasi untuk mengendalikan Christa Sydney, termasuk mengisolasinya dari teman dan keluarga, menyebarkan kebohongan, dan membuat karyawan lain percaya bahwa semua orang membenci Christa Sydney.
- Eksploitasi Finansial: Cherry Lai memaksa Christa Sydney untuk menggunakan uangnya sendiri untuk pengeluaran pribadinya, termasuk membeli pakaian dan membayar biaya menginap di hotel, yang menyebabkan utang yang signifikan.
- Pelecehan di Tempat Kerja: Cherry Lai membuat Christa Sydney bekerja dengan jam kerja yang berlebihan, kurang tidur, dan pelecehan verbal, termasuk mempermalukan tubuh dan komentar rasis.
- Isolasi dan Kontrol: Christa Sydney dipaksa untuk menyewa kamar di dekat kantor agar selalu siap sedia selama 24 jam sehari dan tidak diizinkan untuk mengambil cuti sakit atau bertemu dengan keluarganya tanpa seizin Cherry Lai.
- Tuduhan Palsu: Cherry Lai menuduh Christa Sydney mencuri dan mengirimkan surat panggilan pengadilan dengan alasan palsu setelah karyawan tersebut mengembalikan barang-barangnya.
Bukti-bukti ini mulai bertambah banyak ketika karyawan-karyawan Brandoville Studios lainnya berani membuka suara mereka. Bukti ini semakin diperkuat dengan adanya laporan investigasi dari Nmia Gaming.
Menurut Nmia Gaming, laporan People Make Games telah memiliki konsekuensi serius pada karyawan-karyawan di Brandoville Studios.
Seorang karyawan mengatakan kepada Nmia Gaming bahwa ia telah dipecat karena dicurigai sebagai salah satu saksi anonim dalam laporan tersebut, sesuatu yang sama sekali tidak benar.
Nmia Gaming juga mendapatkan karyawan lain yang berbicara tentang bagaimana tidak semua karyawan diintimidasi seperti Christa Sydney. Hal itu diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari latar belakang tertentu.
“Biasanya orang-orang yang bisa [Cherry Lai] pengaruhi untuk meninggalkan keluarga mereka,” ujar karyawan tersebut kepada Nmia Gaming. “Dia benar-benar menyukai latar belakang keluarga kami. Terutama mereka yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, dia menargetkan karyawan ini.”
Nmia Gaming bahkan mencatat bahwa semua karyawan tidak ada yang bisa menyebutkan posisi resmi yang dipegang oleh Cherry Lai, meskipun ia menikah dengan CEO Brandoville Studios, Ken Lai.
Saat artikel ini ditulis, Brandoville Studios secara resmi sudah ditutup pada Agustus 2024 dan kepemimpinan yang sama telah membuka studio baru bernama Lailai Studios.
Keberadaan Ken Lai dan Cherry Lai saat ini tidak diketahui, tetapi beberapa karyawan Brandoville Studios mengatakan bahwa kedua orang tersebut sudah tidak berada di Indonesia lagi.
Di sisi lain, salah satu tersangka yang terlibat dalam kasus Christa Sydney, Jeremy Anandajoo, telah minta maaf kepada para korban yang terdampak atas keterlibatannya dalam kekerasan di Brandoville Studios.
Tanggapan Industri Game Indonesia
Tanggapan pertama datang dari media The Lazy Monday, yang telah “mengecam keras segala kekerasan dan penyalahgunaan aturan serta hak-hak pekerja yang telah terjadi di Brandoville Studios”.
“Sebagai media, kami akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas,” tutup The Lazy Monday.
Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, telah menyatakan keprihatinannya terhadap situasi Christa Sydney dan “mendengar berbagai tindakan ketidakadilan yang dialami oleh para pekerja, yang menyebabkan trauma fisik, tekanan mental, dan bahkan kehilangan nyawa”.
“Dengan ini saya mengutuk tindakan Brandoville Studios dan mantan manajemennya, Cherry Lai dan Ken Lai, baik secara pribadi maupun atas nama AGI (Asosiasi Game Indonesia),” tegas Husein.
“Lebih jauh lagi, sebagai sebuah asosiasi, kami akan memasukkan para pelaku ke dalam daftar hitam keanggotaan dan program AGI, di bawah bendera studio mana pun. Kami juga akan meningkatkan kesadaran mengenai tindakan mereka kepada semua pihak yang ingin bekerja sama dengan mereka di masa depan.”
Husein menambahkan, “Sebagai anggota industri game Indonesia, saya mengajak semua studio untuk menjadikan industri ini sebagai tempat yang aman, ramah, dan produktif bagi semua orang.”
Acara tahunan industri game Indonesia, Indonesia Game Developer eXchange (IGDX), juga telah memberikan penolakannya terhadap “para pelaku dan afiliasinya dalam acara IGDX Business & Conference 2024 dan kegiatan lainnya”.
Seniman asal Indonesia, Ryan Adriandhy, telah menyatakan bahwa Christa Sydney sudah mendapatkan penanganan medis setelah adanya bantuan dana dari komunitas #KawanPuan, Komrikmania, dan AGI.
Di sisi lain, Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) telah merilis siaran pers yang mendesak Brandoville Studios untuk “bertanggung jawab penuh atas kondisi kerja yang aman dan sehat bagi para pekerjanya”.
“Kami juga mendesak agar pemerintah segera meratifikasi Konvensi ILO 190 dan Rekomendasi 206 Tentang Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja, agar kasus serupa tidak terulang dan korban mendapatkan keadilan,” tegas Koordinator Divisi Gender dan Inklusivitas SINDIKASI, Selira Dian.
Tanggapan Industri Game Global
Pemimpin Ekspansi Global Xbox di Asia Tenggara, Taiwan, dan Hong Kong, Jun Shen Chia, telah mengungkapkan bahwa ia telah “mengikuti dengan seksama tentang Brandoville Studios dan perlakuan keji mereka terhadap para karyawannya”.
Salah satu pemilik People Make Games, Chris Bratt, juga telah menanggapi laporan yang ia terima terkait kasus terbaru Brandoville Studios.
“Saya sangat menyadari tuduhan yang muncul tentang Brandoville Studios (perusahaan yang awalnya kami investigasi untuk video kami tentang outsourcing) dan akan melaporkan cerita ini dalam beberapa minggu ke depan,” tulis Bratt di X.
Update 7 Januari 2025: People Make Games telah merilis video investigasi terkait kasus Brandoville Studios, di mana ia bertanya kepada beberapa mantan karyawan, termasuk Christa Sydney, terkait situasi lingkungan kerja di tempat tersebut. Salah satu catatan terbaru adalah keberadaan Cherry Lai saat ini, yaitu Hong Kong.
Salah satu pemilik People Make Games, Chris Bratt, meminta tanggapan Cherry Lai dan Ken Lai terkait kasus Brandoville Studios melalui sebuah email, tetapi hanya Cherry Lai yang menanggapi email tersebut.
“Bagi saya, bagian saya dalam cerita ini tidaklah penting, selama tim saya semua baik dan selamat sekarang. Namun, saya akan senang bertemu dengan teman baru jika Anda bisa datang ke Hong Kong,” tulis Cherry Lai dalam sebuah email kepada Bratt.
Bratt menjawab bahwa ia akan setuju datang ke Hong Kong apabila setiap percakapan yang ada harus direkam oleh kamera. Setelah mengirimkan jawabannya, Bratt berasumsi Cherry Lai menolak karena tidak ada tanggapan lanjutan lagi.
Bratt juga mencatat bahwa beberapa mantan karyawan Brandoville Studios berspekulasi terkait peran Ken Lai yang sangat pasif dapat terjadi karena ia kemungkinan tergolong sebagai korban Cherry Lai, tetapi tidak ada yang tahu pasti karakter Ken Lai seperti apa.
Terkait situasi Christa Sydney, Bratt bertanya tentang apa yang akan dilakukannya di masa depan, di mana Christa menjawab:
Secara pribadi, saya berharap bisa pulih secara mental dan fisik. Jadi saya saat ini sedang menjalani beberapa perawatan dan mudah-mudahan saya bisa bangkit kembali jika semuanya berjalan dengan baik.
Saya juga berencana untuk belajar hukum karena saya ingin dapat membantu seniman lain seperti saya di masa depan agar mereka memiliki lingkungan kerja yang lebih baik daripada saya.
Christa Sydney
Update 8 Januari 2025: Ubisoft telah memberikan tanggapan kepada Eurogamer terkait laporan kasus Brandoville Studios. Sebelum penutupannya, Brandoville Studios memberikan bantuan kepada Ubisoft dalam pengembangan Assassin’s Creed Shadows.
“Kami sangat terganggu dengan laporan baru-baru ini seputar Brandoville Studios,” ujar juru bicara Ubisoft kepada Eurogamer. “Kami mengutuk keras segala bentuk pelecehan dan pikiran kami bersama para karyawan yang terkena dampaknya.”
Catatan: Gamedaim akan tetap mengawasi perkembangan kasus Brandoville Studios dengan memperbarui artikel ini.