ML
Mobile LegendsTips

Kisah Julian Mobile Legends: Seorang Raven yang Menemukan Jati Dirinya

Sebagai hero baru yang dirilis di Mobile Legends, kamu harus mengetahui bagaimana kisah Julian. Karena kisahnya sangat menyentuh dan di luar dugaan.

Julian adalah hero Mobile Legends yang menempati role Fighter semi Mage. Sejak dirilis, Julian menjadi hero yang diperebutkan oleh para pemain. Karena dia sangat over power untuk dijadikan sebagai Hyper Carry. Oleh karena itu, kamu harus mengetahui bagaimana kisah Julian di Mobile Legends.

Dalam kisah Julian, Julian diceritakan sebagai anak terlantar yang diasuh oleh Archbishop, seorang pemimpin dari Raven’s Nest. Di sana Julian didik menjadi seorang pembunuh dan harus melupakan jati dirinya. Namun, karena bayangan masa lalu saat bersama ibunya membuatnya sering bertingkah aneh, salah satunya adalah menarik sudut mulutnya dengan tangannya.

Nah, ingin tahu bagaimana cerita selengkapnya? Langsung saja simak informasi yang telah Gamedaim Tips rangkum tentang kisah Julian di Mobile Legends di bawah ini.

Kisah Julian Mobile Legends

Kisah Julian
Kisah Julian | Istimewa

Sepuluh tahun yang lalu, di suatu malam di musim dingin, sebuah badai salju melanda benteng dari Guild Free Smith.

Church of Light menyucikan setiap Free Smith yang dipimpin oleh Terizla dari tuduhan kepada Abyss, dengan hanya menyisakan anak laki-laki pemimpinnya yang masih berusia enam tahun.

Anak yang malang itu pun berkelana tanpa tujuan di jalan selama berhari-hari, takut dan khawatir, dan ditemukan oleh Church hanya ketika dia hampir mati kelaparan. Archbishop melihat ada bakat istimewa dalam diri anak itu dan memberinya nama seorang pendeta kuno Julian, sebelum mengirimnya ke Raven’s Nest, sebuah akademi spesial yang tergabung dengan Monastery of Light.

Berada di puncak tebing, akademi itu merupakan rumah bagi anak-anak yatim yang berbakat yang dikumpulkan oleh Church. Anak yang muda, miskin, dan yang mudah ditipu adalah tipe favoritnya.

Archbishop berkata bahwa anak-anak yang ditinggalkan keluarganya tidak pantas mendapatkan kasih sayang, tetapi dia akan memberikan lebih dari sekadar kasih sayang, kelahiran kembali. Yang kemudian harus dibayar kembali dengan rasa syukur dan kesetiaan.

Mereka harus menjadi “Raven“, sebuah pasukan khusus yang menghapus seluruh orang munafik dan iblis dari muka bumi.

Julian, karena trauma dan tekanan yang berat, kehilangan ingatan mengenai hidupnya di masa lampau, sementara ingatan yang masih tersisa memberi luka yang mendalam kepadanya.

Kesenangan dan kasih sayang semuanya terkubur karena ingatan di malam yang menakutkan itu. Api, teriakan yang menyakitkan, dan mayat sedingin batu. Dia mengalami mimpi buruk yang berulang setiap malam.

Di mana ibunya meninggalkannya di sudut ruangan dan pergi menyelamatkan hidupnya, memohon belas kasih, tanpa menoleh ke belakang untuk melihatnya lagi.

Meskipun begitu, tidak semua ingatan yang tersisa itu menakutkan. Anak itu juga mengingat gerakan yang aneh, menarik sudut mulutnya dengan tangannya, dan membuat senyum yang kaku.

Dia selalu melakukannya tanpa dia sadari, seakan-akan hati dan tubuhnya dapat mengingat sementara pikirannya tidak. Dia berusaha keras mungkin, tetapi dia tidak dapat mengingat hidupnya baik sebelum kejadian di malam itu, maupun kejadian setelah malam itu.

Anak-anak yang berada di Raven’s Nest disebut Nestling. Mereka melakukan pekerjaan berat dan mempelajari buku dan cara bertarung yang berat di siang hari, dan di malam hari, mereka tinggal di kamar yang terpisah yang dibangun di sisi tebing untuk berdoa dan beristirahat.

Setiap anak akan diberikan nama suci, sebagai bentuk kelahiran kembali mereka, nama yang mengandung doa, mantra, dan setiap kali mereka menolak untuk menjawab, hukuman akan menunggu mereka.

Hukumannya dapat berupa cambukan biasa, atau yang lebih kejam seperti dipaksa menahan lapar atau dikurung untuk waktu yang lama.

Julian yang Berbeda Dengan Nestling Lainnya

Julian
Kisah Julian | Novazen

Para Nestling hidup dengan keadaan kesepian, dibesarkan dalam kesendirian, dengan doa sebagai petunjuk mereka dan kekerasan sebagai sifat mereka. Tetapi Julian menemukan keluarga di antara tamu-tamu yang datang ke guanya. Seekor tupai yang kelaparan, seekor burung pipit, dan kambing yang diberikan padanya untuk diberi makan.

Di setiap malam yang dingin dan berangin, mereka akan mendengarkan anak laki-laki itu berbicara mengenai ketakutan dan kesendiriannya. Baginya, mereka lebih seperti keluarga daripada persaudaraan kosong dengan para anjing penjaga dan tuan boneka yang hidup bersamanya.

Bersama keluarganya, Julian bekerja dengan rajin di akademi dan menjadi salah satu murid yang paling hebat di bidang pekerjaan, akademik, dan pertarungan. Senang dengan perkembangannya yang luar biasa, Archbishop memuji Julian. Namun, para Nestlings yang iri pun tidak tinggal diam.

Pada suatu malam, Julian kembali ke kamarnya, dan menemukan keluarganya tergeletak tidak bernyawa di lantai batu yang dingin. Penglihatan berdarah itu membuatnya mengingat sesuatu, mimpi buruk yang dulu menghantuinya, tetapi dia melihat bayangan orang yang telah mati, dan bukan bayangan hewan.

Merasa pusing dan muak, Julian tidak menyadari bahwa Nestling lain telah mengelilinginya.

Seorang Nestling yang membungkuk berkata dengan penuh kegembiraan, “Tupai melambangkan ketidaksetiaan. Burung pipit, ketidakpedulian. Dan kambing untuk kelemahan. Keyakinanmu lemah, tidak pantas mendapatkan kasih sayang dan kelahiran kembali seperti orang-orang munafik itu!

Penglihatan Julian menjadi kabur, dia hanya dapat merasakan emosi yang mengambil alih kesadarannya. Dia mengepalkan tinjunya dan tidak mengingat apa-apa lagi.

Hal yang diingat oleh Julian setelah itu adalah seorang anggota pengurus menariknya dari sasarannya, sementara Archbishop menyaksikannya dari pintu masuk.

Nestling yang terluka parah itu terbaring di tanah, tidak sadarkan diri, sementara Julian berdiri dengan goyah sambil bersandar ke dinding, bergetar, seakan-akan dirinya masuk ke dalam air yang sangat dingin.

Dia menutup matanya, menunggu hukuman dari Archbishop. Tetapi tidak terjadi apa-apa.

Rasa iri… Memalukan, membuang tenaga saja. Asingkan dia!

Hukuman pengasingan itu lebih menakutkan daripada eksekusi! “Bagaimana denganku?” Julian bertanya di dalam hati.

Julian terkejut karena sang Uskup Agung menepuk pundaknya, dengan rasa bangga.

Julian, kerja bagus, nak.” Ucap sang Uskup Agung. Bingung dan ketakutan, anak itu tidak mengatakan apa-apa. “Kamu berhasil melewatinya di saat kamu terpuruk, ya?

Julian saat itu tidak sadarkan diri. Dia melihat bangkai hewan di sudut ruangan, kotor, dingin, dan tidak berdaya. Perkataan Nestling menggema di pikirannya. Imanmu lemah tidak pantas mendapatkan kasih sayang dan kelahiran kembali seperti orang-orang munafik itu!

Benar, bukan?” Suara sang Uskup Agung terdengar seperti tangan yang berada di lehernya, yang membuat Julian bergetar ketakutan. Setelah merasakan ketegangan itu, dia mengangkat sudut mulutnya dan memasang senyuman kaku di pipinya.

Cahaya remang berwarna perak di pagi hari muncul dari arah timur, setengah wajah Julian terpapar sinar matahari sementara bagian lainnya tertutup oleh bayangan. Anak itu pun mengangguk pelan.

Benar, Yang Mulia. Aku berhasil melewatinya, demi kelahiranku kembali.”

Sang Uskup Agung memegang rambut merah Julian, puas dengan ketabahan anak itu, “Rasa takut terhadap dirimu akan tertanam dalam diri semua makhluk hidup. Keputusanmu akan dipatuhi oleh setiap jiwa yang berada di muka bumi. Dan di atas kuasamu, takdir mereka akan tertulis.”

Cahaya yang aneh pun memancar dari mata Julian yang gelap. Dia mengangkat tangannya dan memanggil senjata yang asing, membuktikan dirinya di hadapan Archbishop. Tergerak karena pelukan hangat, kata-kata yang menguatkan, dan pengasingan yang melumpuhkan dari pria itu, anak itu tunduk.

Julian tahu, untuk mendapatkan kasih sayang yang terlupakan ini, dia harus menjadi Raven yang terkuat dari semuanya.

Ujian Kelahiran Kembali

Julian Ml
Kisah Julian ML | Novazen

Beberapa tahun telah berlalu, di usia yang kelima belas tahun, para Nestling menghadapi ujian terkahir mereka sebelum dinobatkan menjadi bagian dari Raven. Entah itu menyusup ke dalam markas lawan, memata-matai Abyss, atau memusnahkan orang munafik. Bahkan Nestling elit sekali pun akan menghadapi kesulitan melakukannya.

Tetapi jika mereka lulus, mereka akan kembali ke Monastery of Light. Puncak menara yang bersinar berada di hadapan mereka, dengan wajah mereka yang penuh harap, hanya satu langkah lagi menuju “kelahiran kembali.”

Tetapi ujian tersulit berada di depan mata.

Di sekitar Monastery, seseorang akan memanggil Nestling dengan nama lahir mereka. Jika mereka gagal bertahan, mereka akan diasingkan dan akan dianggap seorang munafik. Hingga akhirnya, tujuan di masa mendatang.

Tujuan dari ujian ini adalah untuk menguji jika Nestling cukup setia untuk melupakan seluruh jati dirinya di masa lampau. Jika Nestling telah menerima kelahiran kembalinya.

Julian melalui ujian tersebut. Beberapa tahun terakhir, tidak sekali pun dia berani melupakan ucapan sang Uskup Agung: Raven harus melupakan masa lalunya. Tetapi dia bukanlah Raven sejati. Jauh di lubuk hatinya, ada sesuatu yang mencegahnya untuk benar-benar melupakan masa lalunya.

Dia tidak mengetahui apa hal itu tetapi hal itu tetap melawan. Seperti dua suara yang berdebat di dalam pikirannya. Scarlet Raven dan seorang anak yang tersesat.

Di larut malam, Julian duduk sendiri di kegelapan dan secara tidak sadar melakukan gerakan itu lagi, menarik sudut mulut dengan tangannya untuk membentuk senyuman terpaksa.

Mengapa dia harus tersenyum? Julian tidak tahu dan tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Dia telah menjadi Raven yang terkuat.

Ketika Xavier menghancurkan tembok kota dan kabur bersama Yin dan Melissa, sang Uskup Agung mengutus Julian untuk menjalankan misi. “Pikiran Xavier yang malang telah diracuni oleh orang munafik, dia harus diberi pengampunan.”

Julian mengejar mereka di hutan selama tujuh hari dan akhirnya menangkap pengkhianat itu bersama dua orang asing, kelelahan dan terlilaht lemah.

Pertarungan tidak dapat terelakkan, dan tidak ada pemenang pada pertarungan antara Raven terkuat dan Arbiter of Light terhebat. Dalam pertarungan itu, jubah Raven milik Julian terjatuh. Setelah melihat rambut merahnya yang terang, Arbiter buronan itu terdiam, dia pun menyadarinya, dan menerima serangan telak dari Julian.

Xavier tidak mampu lagi bertarung, tetapi dia masih berusaha melindungi Yin dan Melissa. Dia tertawa, “Jika orang yang akan mensucikan aku adalah kamu. Maka tidak masalah. Bagaimanapun juga, ibumu.

Mendengar kata-kata itu, Julian terdiam. Matanya terbuka lebar, “Ibuku, kamu mengetahui masa laluku?

Xavier Menyadarkan Hati Julian

Julian Mobile Legends
Kisah Julian Mobile Legends | Istimewa

Xavier terlihat ragu untuk beberapa saat, karena dia tahu Julian telah berjanji untuk melupakan masa lalunya, hingga pada akhirnya, dia merasa iba dan mengungkapkan kejadian yang sebenarnya. Malam itu di musim dingin, Julian kecil disembunyikan di sudut ruangan oleh ibunya.

Ingatan malam bersalju satu dekade yang lalu menyambar Julian seperti sebuah petir. Dia melihat wajah ibunya. Sebuah ingatan yang selama ini menghantuinya ternyata adalah sebuah ingatan yang penuh kasih sayang.

Dengan senyum penuh ketakutan di bibirnya yang bergetar, dia memegang wajah Julian, membuat senyuman di bibirnya, dan berkata, “Ibu akan memancing mereka untuk pergi dari sini, semuanya akan baik-baik saja. Jika kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan, tersenyumlah.

Setelah itu ibunya pun dibunuh oleh para Raven, sebelum Xavier menyadari Julian sedang bersembunyi di balik peti.

Julian kecil tidak tahu apa yang telah terjadi atau reaksi apa yang harus dia perlihatkan. Satu-satunya hal yang dia ingat adalah ketika ibunya mengangkat sudut bibirnya.

Dia memaksa dirinya sendiri untuk tersenyum meskipun bergetar.

Senyuman itu membuat hati Xavier bergetar. Xavier pun tersentuh, dan dia pun pergi bersama Raven dan menyisakan anak itu.

Begitulan kejadian yang sebenarnya.

Dia pun mengingatnya. Dalam sekejap, apa yang telah dilupakannya selama sepuluh tahun tiba-tiba menjadi jelas. Hidup sebagai putra dari Free Smiths, api yang ada di perapian, kehangatan pelukan ibunya dan mainan kayu yang diberikan ayahnya, tangan Julian bergetar hebat.

Seorang Raven yang telah menemukan jati dirinya tidak lagi dapat memegang pedangnya tanpa ragu. Ibunya sangat menyayanginya dan mampu mengorbankan hidupnya untuk membuktikannya. Dia tidak pernah diabaikan maupun tidak dicintai, kasih sayang yang selama ini dia kenal telah dicuri darinya.

Saat itu juga, tiba-tiba Alice muncul di pintu masuk gua itu dengan pasukan iblisnya. Xavier dan dua temannya telah berjuang melalui kejaran dan pertarungan. Mereka tidak akan mampu bertahan jika harus bertarung dalam kondisi seperti itu, apalagi jika harus melawan pasukan iblis.

Di tengah situasi bahaya itu, Julian melangkah maju, berdiri di tengah tiga kawanan itu dan Demon Queen. Dia meminta tiga orang itu untuk kabur melalui jembatan tali, sebelum memotong tali itu dan berhadapan dengan pasukan iblis.

Tujuan Julian bukanlah melindungi mereka. Memusnahkan para iblis merupakan perintah pertama bagi Raven, tetapi ini bukan lagi sebuah misi bagi Scarlet Raven.

Jika ia ingin mengetahui lebih banyak mengenai masa lalunya, dia memerlukan Xavier hidup-hitup. Mungkin masih ada rahasia yang dia simpan darinya.

Meskipun tengah menghadapi pasukan iblis, sang Demon Quen, dan telah membangkang perintah tuannya, Julian hanya melihat senyum ibunya di dalam pikirannya, dan untuk pertama kali setelah sepuluh tahun, senyumnya tidak lagi terpaksa. Dia berada dalam kedamaian.

Dia akhirnya menemukan jati dirinya dan mengetahui cara tersenyum dengan tulus lagi.


Nah, itulah barusan informasi mengenai kisah Julian di Mobile Legends yang harus kamu ketahui. Kunjungi terus Gamedaim agar selalu mendapatkan informasi mengenai Kisah Hero Mobile Legends lainnya.

Rasa sayang akan mengalahkan rasa cinta yang ingin memiliki. Jadi, aku ingin kamu selalu bahagia.

Related Posts

Leave Comment
Hidupkan Notifikasi OK No thanks