Penantian panjang sudah selesai. Sebuah IP baru dari Studio Zero, tim yang didirikan oleh Katsura Hashino di dalam ATLUS, telah hadir untuk menyinarkan fantasinya. Apakah fantasi itu nyata? Apakah fantasi itu ditahan oleh batasan imajinasi manusia atau fantasi tersebut hanyalah sebuah metafora saja? Gamedaim telah mendapatkan kesempatan spesial dari SEGA, ATLUS, dan Studio Zero untuk menuliskan review Metaphor: ReFantazio.
Berikut adalah review kami setelah memainkan Metaphor: ReFantazio selama 94 jam di PC (Steam). Semua konten akan kami bahas dalam ini, kecuali beberapa konten yang sudah tergolong dalam kategori “spoiler berat”.
Metaphor: ReFantazio sudah tersedia di PS5, Xbox Series X, Xbox Series S, PS4, dan PC (Steam, Microsoft Store).
Review Metaphor: ReFantazio
Fantasi Menjadi Batasan atau Dobrakan dari Imajinasi?
Fantasi menjadi pertanyaan untuk kebanyakan kita semua. Kita selalu membayangkan dari imajinasi apakah suatu saat ide atau pun gambaran yang dibayangkan oleh kita di dalam pikiran bisa menjadi kenyataan. Itulah tema yang diambil oleh Metaphor: ReFantazio. Game ini mempertanyakan filosofi di balik fantasi itu seperti apa dan bagaimana fantasi itu bisa menjadi kenyataan.
Metaphor: ReFantazio membawa kalian kembali ke dunia fantasi bergaya abad pertengahan Eropa, di mana sebuah kerajaan bernama Euchronia memimpin 8 suku utama. Namun, dunia ini bukanlah dunia fantasi yang sering didambakan oleh banyak orang. Dunia fantasi ini dipenuhi dengan rasisme terhadap agama, kepercayaan, dan suku, nepotisme, pembunuhan massal, superioritas, dan sifat-sifat terburuk sebuah makhluk hidup yang bisa kalian bayangkan.
Sebagai salah satu suku yang sudah hampir musnah, kalian akan mengikuti kisah seorang remaja laki-laki bernama Will (nama asli yang diberikan oleh ATLUS kepada protagonis Metaphor: ReFantazio), dengan sahabat perinya bernama Gallica. Will dan Gallica diberikan misi oleh para petinggi suku Elda, suku yang hampir purnah karena dibasmi oleh kerajaan Euchronia, untuk mencari seorang sekutu dan membunuh petinggi strategis tertinggi di kerajaan tersebut, Louis Guiabern.
Alasannya kenapa? Karena Louis telah membunuh raja kerajaan Euchronia, King Hythlodaeus V, tanpa semua orang mengetahui bahwa ia dalang di balik pembunuhan tersebut. Oleh sebab itu, kerajaan tersebut berada dalam masa panik dan harus mencari penerus mereka. Sayangnya, kerajaan Euchronia tidak tahu bahwa King Hythlodaeus V memiliki putra mahkota sulung yang sedang dirawat oleh suku Elda akibat kutukan yang diasumsikan telah diberikan oleh Louis.
Sebagai informan, Will dan Gallica harus menyusupi kerajaan Euchronia tanpa membuat semua orang curiga. Dengan ditemani buku fantasi yang sering dibaca oleh putra mahkota kerajaan Euchronia, Will dan Gallica akan menemukan kawan baru, musuh baru, dan kebenaran-kebenaran yang tidak diduga dari dunia fantasi ini.
Agama dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan
Ketika Will dan Gallica memasuki kerajaan Euchronia, mereka disambut dengan realita sosial kita saat ini: Orang-orang kaya, yang disebut “nobleman”, memiliki kehidupan yang baik-baik saja, tetapi orang-orang msikin, yang disebut “commoner”, selalu ditindas dan bahkan bisa dibunuh dengan cara digantung hanya karena adanya hukum sepele yang berlaku. Ini yang membuat kita sebagai pemain ditampar oleh realita bahwa kehidupan itu tidak hanya hitam dan putih saja. Rasisme, superioritas suku, dan pembunuhan telah menjadi hal yang lumrah di dunia fantasi ini dan kalian harus menerima fakta tersebut.
Selain itu, penambahan kotak-kotak dialog yang terkadang muncul di layar monitor kalian menjadi penguat penceritaan ATLUS. Ternyata, orang-orang tersebut sering bergosip dan menyindir kita sampai masuk ke telinga kita. Sebagai seorang Elda, Will akan merasakan diskriminasi, cercaan, sindiran, fitnah, hingga cacian yang mungkin bagi kita sudah tergolong kelewat batas. Ini menjadi sebuah pesan bahwa kita sebagai manusia harus sama sederajatnya, sama kedudukannya, serta sama memiliki hak dan kewajiban. Jika kalian mencaci sesama manusia, maka kalian sama saja mencaci diri sendiri.
Will tentunya tidak tahan dengan semua cacian ini, meskipun Gallica sudah selalu mendampinginya dari awal. Tetapi keyakinan Will dari buku fantasi yang dibacanya bahwa seluruh suku di kerajaan Euchronia bisa mengesampingkan perbedaan mereka dan bergerak maju itu sangat patut dipercaya. Itulah konsep fantasi yang ingin disampaikan oleh ATLUS.
Ide bagaimana semua suku bisa mengesampingkan perbedaan mereka dan berjuang bersama-sama membangun kembali kerajaan Euchronia adalah utopia fantasi yang didambakan oleh King Hythlodaeus V. Fantasi yang tampaknya sangat mustahil mungkin saja bisa menjadi kenyataan apabila semua orang percaya bahwa itu akan terjadi.
Meskipun demikian, ada beberapa orang yang menggangap penceritaan ATLUS terkait topik gereja dan ajaran Sanctist di dalam Metaphor: ReFantazio memberikan konotasi negatif terhadap citra dan reputasi gereja di dunia nyata akibat adanya “bias”. Itu tentunya tidak bisa dipungkiri, mengingat sebagian besar penduduk Jepang tidak beragama, dengan sisanya beragama Budha, Sinto, dan Kristen.
Selain itu, topik politik juga tidak akan bisa dihilangkan saja. Metaphor: ReFantazio adalah sebuah game bertema politik terkait kerajaan Euchronia. Kalian akan mengalami apa yang namanya itu sistem demokrasi, debat di depan orang, dan cara politisi mengkampanyekan ide-ide mereka karena King Hythlodaeus V telah membuka kompetisi untuk mereka yang ingin menjadi calon raja kerajaan Euchronia. Meskipun hanya dasar-dasarnya saja, setidaknya kalian minimal harus “melek politik” di situasi apa pun itu. Politik adalah ide pembentukan keputusan dasar dari sistematika kehidupan manusia dan sudah mendarah daging dalam diri kita semua.
Apakah topik politik dan agama bisa dipisahkan? Tidak bisa. Selama ada makhluk hidup, ide politik akan tetap masuk ke dalam seluruh kehidupan mereka, termasuk agama. Ini terjadi di dunia Metaphor: ReFantazio sehingga kalian harus membuka perspektif kalian terhadap topik-topik sensitif apa pun.
Ada Banyak Plot Twist!
Seperti kebanyakan game ATLUS pada umumnya, cerita yang disampaikan selalu memiliki pesan tersirat atau implikasi yang mungkin ditemukan di akhir nanti. Saat kalian menekan “New Game”, calon plot twist pertama sudah menghampiri. Kalian pasti berasumsi bahwa dunia fantasi Metaphor: ReFantazio adalah dunia “isekai” karena menampakan gambar kota modern yang dianggap sebagai Tokyo, tetapi apakah itu benar adanya? Apakah kepercayaan yang kalian tanam sejak awal itu akan terbukti di akhir nanti?
Hal-hal seperti itu yang membuat kalian terkesan dengan penceritaan ATLUS, di mana beberapa calon plot twist sudah ditawarkan sejak awal dan kalian akan meraup hasilnya di akhir nanti. Ada alasan tersendiri mengapa ATLUS menambahkan fitur “Memorandum” dan memberikan warna merah terhadap istilah-istlah tertentu, karena istilah-istilah tersebut yang akan menuntun kalian dalam menghadapi dunia fantasi ini. Bahkan, beberapa istilah dasar mungkin mempunyai implikasi signifikan di akhir nanti, tetapi jika saya ceritakan maka akan masuk dalam kategori “spoiler berat”.
Dalam 20 jam pertama, kalian akan disodorkan pengetahuan umum tentang dunia fantasi ini dan bagaimana dunia ini bekerja. Tetapi ingat, apakah semua informasi tersebut itu benar adanya atau memang ada alasan mengapa mereka melakukan itu? Contohnya igniter, sebuah alat yang membuat orang-orang bisa menggunakan magic. Apakah igniter harus wajib dipakai? Atau memang ada alasan kenapa igniter tersebut diperkenalkan dari awal? Semua hal yang ada di dalam dunia Metaphor: ReFantazio memiliki pertanyaan yang akan terjawab di akhir nanti. Mungkin kalian akan merasakannya ketika sudah memainkan game ini sekitar 40 hingga 60 jam. Dari situ, semua plot twist langsung dibuka dan kalian baru sadar bahwa semua informasi yang diberikan oleh ATLUS sejak awal mempunyai maksud tersendiri.
ATLUS juga tidak segan untuk membuat cerita yang asik dan lucu, tetapi tiba-tiba berubah menjadi cerita yang serius. Bahkan dari video permulaan saja kita bisa tahu bagaimana ATLUS tidak takut membunuh karakter yang dibuatnya dan memberikan permulaan bahwa dunia fantasi ini sangat kejam, tragis, dan tidak bersahabat.
Salah satu contohnya adalah bagaimana Will, Gallica, Leon Strohl, Eiselin Hulkenberg, dan Neueirus Corax mendapatkan tugas untuk memburu seorang pembunuh anak-anak bernama Heismay Noctule, yang diyakini sebagai orang kuat dan memiliki kekuatan super karena berasal dari kerajaan Euchronia. Ketika bertemu secara langsung, Heismay ternyata adalah karakter yang berasal dari suku Eugief (suku yang memiliki kemiripan dengan kelelawar) dan bekerja sebagai organisasi gelap kerajaan Euchronia. Ketika mencari cara memancing Heismay untuk keluar dari persembunyiannya, Will, Strohl, dan Hulkenberg menggunakan peralatan-peralatan yang membuat telinga Heismay menderita, ditambah ketiganya selalu berteriak satu sama lain. Heismay juga bukan seorang pembunuh anak-anak, melainkan ia adalah seorang bapak yang baru saja kehilangan anaknya, tetapi orang-orang melakukan fitnah sehingga Heismay diburu banyak orang.
Cerita-cerita seperti ini tidak hanya terjadi satu kali saja, beberapa kali cerita tragis sering muncul ketika kalian menaikkan level “Followers” kalian. Setiap karakter memiliki latar belakang dan ceritanya, dan Will berusaha memahami mengapa hal itu terjadi dan memberikan solusi atau membantu karakter-karakter tersebut agar mereka bisa menghadapi kecemasannya.
Sayangnya, beberapa karakter dalam game ini tidak mendapatkan penceritaan terbaiknya dan hanya tergolong sebagai karakter sampingan saja, khususnya karakter yang ikut berkompetisi dalam perebutan posisi raja kerajaan Euchronia. Karakter-karakter ini memiliki sulih suara dan kepribadian yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut, tetapi ATLUS tidak melakukannya.
Louis sebagai karakter antagonis adalah definisi penceritaan terbaik dan terburuk ATLUS saat ini. Penceritaan terbaik Louis muncul ketika karakter ini digambarkan sebagai antagonis yang sangat manipulatif dalam berpolitik untuk selalu berjalan 2 langkah di depan, tetapi memiliki penceritaan terburuk ketika karakter ini sangat terlihat pengecut karena selalu kabur dari pertempuran dengan menggunakan pikiran taktisnya. Rasanya seperti mendapatkan “blue balled” setiap kali Will berhadapan dengan Louis.
“Anxiety” adalah Gagasan Abstrak
Jika kalian sadar, terkadang layar monitor kalian memunculkan partikel-partikel yang mengambang di udara dan tiba-tiba menghilang saat memainkan Metaphor: ReFantazio. Partikel tersebut adalah partikel “anxiety” atau partikel kecemasan.
Sesuai apa yang dikatakan oleh sutradara Katsura Hashino, partikel ini tidak hanya bermanifestasi sebagai emosi tetapi juga sebagai sebuah partikel di udara yang dapat dilihat oleh para pemain. Partikel-partikel ini mungkin akan membuat orang-orang seperti kita akan kaget jika melihatnya di dunia nyata, tetapi bagi orang-orang di dunia fantasi Metaphor: ReFantazio, hal ini adalah sebuah hal yang biasa.
Kita semua pernah merasakan cemas. Cemas dalam menghadapi pekerjaan setiap hari, cemas bertemu orang tertentu, atau pun cemas karena takut akan sesuatu hal yang belum terjadi. Cemas adalah suatu kondisi yang manusiawi, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, maka rasa cemas akan menjadi sebuah masalah yang signifikan.
Gagasan abstrak ini yang menjadi dasar mengapa dunia fantasi Metaphor: ReFantazio dibentuk. Cemas adalah suatu keadaan mental yang abstrak dan tidak bisa dijelaskan dalam bentuk fisik sehingga ATLUS membuat gagasan ini menjadi nyata dengan menggambarkannya sebagai partikel. Semakin banyak partikel yang muncul, maka keadaan kerajaan Euchronia semakin memburuk.
Gameplay Bergaya Shin Megami Tensei dan Persona, Tetapi dengan Keunikannya Tersendiri
“Berasal dari tim di balik Persona 3, Persona 4, dan Persona 5”, kutipan yang sering dipasarkan oleh ATLUS ini memiliki implikasi yang sudah jelas: gameplay Metaphor: ReFantazio tidak akan jauh berbeda dari waralaba Shin Megami Tensei dan Persona. Itu adalah benar adanya dan kita tidak bisa pungkiri, tetapi gameplay yang ditawarkan memiliki keunikannya tersendiri.
Layaknya gameplay Persona yang menggunakan sistem “Social Links” dan “Social Stats”, Metaphor: ReFantazio mengambil inspirasi kedua sistem tersebut untuk membuat sistem “Followers” dan “Royal Virtues”.
“Followers” membuat kalian untuk menaikkan level kepercayaan pengikut Will hingga level 8, sedangkan “Royal Virtues” memungkinkan kalian untuk menaikkan status Courages, Wisdom, Tolerance, Eloquence, dan Imagination hingga level 5. Keduanya juga memiliki keterkaitan simbiotik, di mana beberapa level “Followers” memerlukan kalian mencapai level status tertentu di “Royal Virtues”. Misalnya, ada seseorang dari “Followers” yang ingin curhat kepada Will tentang masalah yang dihadapinya, tetapi kalian diminta untuk memiliki status Courages di level 4.
Sistem “Followers” dan “Royal Virtues” penting karena keduanya ini membuat kalian bisa menavigasi dunia fantasi Metaphor: ReFantazio menjadi lebih mudah. Misalnya, karakter bernama Brigitta Lycaon, seorang pemilik toko igniter terbesar di kerajaan Euchronia, akan memberikan Will rekomendasi diskon tambahan 20% untuk membeli armor, weapon, dan item di level “Followers” tertentu. Ini sangat membantu kalian untuk mengelola keuangan kalian, terutama jika yang ingin dibeli harganya tergolong mahal.
Selain itu, Metaphor: ReFantazio juga mengadopsi sistem “Weather” yang digunakan oleh Persona 5, tetapi sistem ini hanya berlaku di setiap lokasi saja. Dengan adanya sistem ini, ATLUS menambahkan NPC di setiap kota besar untuk bisa memprediksi cuaca hingga 3 hari ke depan. Sistem ini menentukan bagaimana musuh berperilaku di setiap lokasi, jadi kalian harus melihat apakah lokasi tertentu memiliki cuaca aneh yang terjadi atau tidak.
Tentunya jika kita berbicara tentang Persona, maka kita tidak bisa jauh dari namanya sistem “Calendar”. Di Metaphor: ReFantazio, sistem ini diberlakukan tetapi dengan beberapa keunikan tersendiri. Misalnya, hari dalam seminggu hanya dihitung 5 hari saja dan beberapa hari tertentu memberikan kalian diskon untuk membeli armor, weapon, dan item. Selain itu, sistem ini juga menjadi indikator bagi kalian untuk melihat perkembangan cerita Will sudah sampai mana.
Di sisi lain, Will dapat menentukan rute perjalanan dan memilih jalan mana yang akan dilalui setelah keluar dari kerajaan Euchronia. Tetapi harus ada yang diingat: sistem “Calendar” memaksa perjalanan-perjalanan yang dipilih Will membutuhkan waktu hingga maksimal 3 hari (berdasarkan rute terjauh yang saya lewati). Dengan membuka rute perjalanan, Will akan menemukan tempat-tempat baru yang aneh dan menarik. Selain itu, ada fitur “Fast Travel” antar kota besar yang akan membuat perjalanan lebih efisien karena tidak akan memakan waktu.
Dengan lamanya perjalanan tersebut, Will dapat melakukan aktivitas di Gauntlet Runner (kendaraan untuk menavigasi dunia fantasi) sambil menunggu perjalanannya selesai seperti memasak, membaca buku, membersihkan ruangan, mencuci pakaian, menghabiskan waktu dengan kawan kaian, memancing ikan, dan mandi. Efek dari aktivitas ini bervariasi, mulai dari memberikan poin status “Royal Virtues”, peningkatan status pertempuran seperti HP dan MP, dan mendapatkan item.
Selain kota besar dan lokasi seperti dungeon, hutan, dan tower, dunia fantasi Metaphor: ReFantazio dihiasi dengan desa, kamp, dan pemandangan menarik. Kota-kota yang dikunjungi juga memiliki beragam aktivitas: Will dapat melakukan bungee jumping dan memerah susu sapi di Martina, sedangkan di Port Brilehaven, Will bisa berjudi di malam hari dan berkompetisi dalam Varmareno Coliseum untuk mendapatkan hadiah menarik.
Apa Itu Archetypes?
Salah satu hal mencolok dari gameplay Metaphor: ReFantazio adalah mekanisme pertempuran yang diimplementasikan. Game ini menggunakan sistem “Press Turn”, di mana sistem ini digunakan oleh beberapa game Shin Megami Tensei terbaru untuk mengindikasikan alur bermain antara karakter kalian dan musuh.
Singkatnya, sistem “Press Turn” menggunakan mekanisme turn-based dengan melihat berapa banyak aksi yang dapat dilakukan dalam 1 putraran dan diindikan dalam bentuk ikon. Setiap sisi dapat melakukan beberapa aksi dalam 1 putaran dan ketika semua aksinya habis, putarannya akan berganti ke sisi lain dan berlanjut hingga pertempuran berakhir.
Bergantung pada hasil aksi kalian (misalnya, menyerang kelemahan musuh dengan elemen api), seluruh ikon dapat berubah menjadi ikon “setengah” (berkedip). Namun, hasil aksi yang gagal akan selalu menghabiskan lebih banyak ikon. Selain itu, Metaphor: ReFantazio mengadopsi penamaan skill Shin Megami Tensei seperti Bot, Blizz, Kande, dan Cyc.
Kalian juga akan diperkenalkan dengan sistem “Archetypes”, sistem job-change yang menjadi fondasi awal sisi RPG dari Metaphor: ReFantazio. Sistem ini dilengkapi dengan skill dan peningkatan status yang unik, di mana setiap karakter kalian dapat menggunakan Archetype apa pun selama itu sudah dibuka di karakter tersebut. Namun, sistem ini tidak seperti yang ada di Persona. Sistem “Archetypes” tidak bisa membuat kalian mengubah Archetype di tengah-tengah pertempuran, jadi manajemen situasi dan melihat kelemahan musuh menjadi hal yang harus difokuskan.
Archetype juga dapat berevolusi 2 kali dari bentuk aslinya dan hal itu dilihat dari garis Archetype yang dibuka. Misalnya, Seeker akan bisa membuka Magic Seeker jika mencapai Rank 20 dan Magic Seeker akan membuka Soul Hacker jika mencapai Rank 20. Selain itu, sistem “Synthesis” memungkinkan kalian untuk menggabungkan kekuatan dari 2 Archetype atau lebih untuk memberikan satu serangan yang kuat dengan biaya memakan beberapa ikon.
Archetype setiap karakter bisa ditambahkan skill inheritance dari Archetype lain dengan menggunakan MAG untuk membukanya. Jika kalian kekurangan MP, maka buka Archetype Mage untuk mengambil skill passive yang bisa mengembalikan MP. Jika kalian kekurangan HP, maka buka Archetype Healer untuk mengambil skill Dia.
Jangan lupa, setiap Archetype memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan adanya skill inheritence dan multi fungsi Archetype di karakter mana pun, maka kalian bisa membuat formasi Archetype ideal kalian tanpa harus melihat panduan.
Fakta menarik dari “Archetypes” adalah beberapa Archetype memiliki referensi nama Shin Megami Tensei seperti Persona Master, Devil Summoner, dan Soul Hacker. Selain itu, Persona Master memiliki fitur “Mask” yang menggunakan logo Arcana sebagai referensinya. Apakah kalian tahu Jack Frost juga nanti akan muncul di Metaphor: ReFantazio sebagai sebuah summon? Silakan cari tahu sendiri ya.
Mekanisme Pertempuran Ganda: Real-Time dan Turn-Based
Saat menjelajahi sebuah lokasi, baik itu dungeon, hutan, atau tower, Will dapat beralih antara dan memadukan pertarungan real-time dan turn-based. Sistem ini diimplementasikan di Persona 5 untuk memadukan pertempuran real-time agar memberikan keuntungan terhadap pemain. Selain itu, semua musuh memiliki indikator apakah musuh tersebut kuat atau tidak. Misalnya, jika musuhnya berwarna merah dan kuning, maka musuh tersebut kuat dan sistem turn-based harus dilakukan. Jika musuhnya berwarna biru, maka musuh tersebut lemah dan sistem real-time bisa digunakan untuk membunuhnya dengan cepat.
Metaphor: ReFantazio memiliki sistem formasi, di mana karakter dapat berada di barisan depan atau belakang. Sistem formasi ini sangat mendukung kalian apabila beberapa Archetype seperti Gunner dan Healer berspesialisasi dalam skill jarak jauh. Oleh sebab itu, kalian harus cerdik dalam menentukan formasi yang cocok agar dapat mengalahkan musuh dengan mudah.
Game ini juga memiliki berbagai weapon dan armor yang tidak hanya didasarkan pada Archetype saja, tetapi dilihat berdasarkan dari kekuatan weapon atau durabilitas armor berdasarkan skill inheritence yang didapat. Misalnya, beberapa weapon memiliki skill inheritence yang membuat karakter kalian dapat memberikan poison ke musuh atau beberapa armor yang memiliki skill inheritence Null Fire agar karakter kalian aman dari serangan api.
Selalu Berani Bereksperimen!
Metaphor: ReFantazio adalah game dengan keunikan yang berasal dari gabungan sistem-sistem gameplay Shin Megami Tensei dan Persona, tetapi kalian kali ini dipaksa untuk bereksperimen.
Dengan adanya sistem “Archetypes”, “Press Turn”, dan “Weather”, kalian dipaksa untuk memberanikan diri mengambil risiko dan melakukan manajemen sumber daya. Selalu bereksperimen dengan Archetype yang ada dan lihat kembali situasi tempat pertempuran kalian, apakah musuhnya memiliki kelemahan tertentu atau tempat tersebut meminta kalian menggunakan Archetype tertentu.
Sistem “Followers”, “Royal Virtues”, “Calendar”, dan “Fast Travel” juga memaksa kalian untuk keluar dari pendekatan bahwa setiap karakter memiliki pilihan terbaik yang berpengaruh seperti Persona. Setiap pilihan yang kalian lakukan dalam sistem “Followers” tidak mempengaruhi peningkatan level, tetapi hanya memberikan bonus MAG terbaik untuk kalian yang memilih pilihan yang sesuai. Sistem “Calendar” memaksa kalian melakukan manajemen waktu karena adanya pembagian waktu Afternoon dan Night. Sistem “Followers” dan “Royal Virtues” hanya muncul di waktu tertentu, jadi kalian harus selalu memperhatikan aspek tersebut.
Dengan adanya Gallica sebagai pemandu, peri tersebut dapat menyarankan aktivitas setiap hari yang mungkin dapat dilakukan oleh Will. ATLUS juga menambahkan akivitas “Network” untuk membantu kalian menggunakan Archetype ideal dan memilih kegiatan yang dilakukan setiap hari.
Intinya, kalian tidak perlu membuka sama sekali panduan apa pun yang ada di internet layaknya Shin Megami Tensei dan Persona. Beranilah untuk bereksperimen karena ATLUS sudah memberikan banyak bantuan yang bisa kalian gunakan dengan sebaik-baiknya.
UI Terbaik dan “Pameran” Lukisan yang Memukau
Beranikah saya mengatakan Metaphor: ReFantazio adalah game ATLUS dengan UI terbaik yang pernah dibuat dalam beberapa tahun terakhir? Yep.
Tidak seperti game-game pendahulunya yang condong pada warna dan tema tertentu, Metaphor: ReFantazio justru memilih untuk menggunakan semua warna cerah untuk membuat UI mereka terlihat hidup. Inilah yang saya inginkan dari ATLUS untuk membedakan IP baru mereka karena orang-orang akan selalu menilai game mereka berdasarkan UI-nya saja. UI-nya juga sangat tajam dan responsif, tetapi tidak membuat kalian mengantuk atau pusing karena ada begitu banyak elemen yang berbeda di dalamnya.
Selain itu, saya suka bagaimana ATLUS menggabungkan warna-warna tertentu untuk memaksimalkan pengalaman yang pemain lihat di layar mereka. Sebagai contoh, beberapa lokasi mungkin memiliki warna-warna yang cerah agar sesuai dengan deskripsi lokasi tersebut dan beberapa lokasi lainnya memiliki warna-warna yang lebih gelap untuk menunjukkan kengerian yang sebenarnya di balik lokasi tersebut.
Gaya seni dan desain karakter dalam Metaphor: ReFantazio juga memiliki nuansa tersendiri. Rasanya seperti dibawa ke dunia fantasi Eropa abad pertengahan, dengan arsitektur kota yang mengingatkan saya pada perpaduan antara abad pertengahan dan era Victoria. Semua karakter memiliki desain yang sesuai dengan kepribadiannya, tetapi tidak membuat saya mual setiap kali melihatnya. Terutama, saya menyukai desain karakter Junah dan Eupha.
Junah memiliki desain karakter dengan warna-warna cerah yang sesuai dengan deskripsinya sebagai penyanyi populer dari suku Nida, sedangkan Eupha memiliki desain simbolis yang dimiliki suku Mustari untuk menunjukkan ciri khas budaya dan kehidupan mereka.
Beberapa musuh, terutama yang dikenal sebagai “human”, bahkan memiliki desain yang keren dan menakutkan. Beberapa di antaranya bahkan memiliki desain menjijikan yang membuat saya yakin Yoko Taro akan mengompol saat bertemu desainer di baliknya. Yang paling saya sukai adalah desain Kraken dan Greatworm, di mana ATLUS menampilkan kengerian yang sebenarnya dari penggabungan wajah manusia dan tubuh hewan.
ATLUS suka menggunakan render 3D dan anime serta cutscene pada game mereka, terutama pada game yang penuh cerita seperti Metaphor: ReFantazio. Ini bukan hal yang buruk, tetapi terkadang situasi tertentu memiliki sisi negatifnya. Misalnya, jika kalian berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, selalu ada cutscene yang memberi tahu Will tentang deskripsi lokasi tersebut. Awalnya sangat membantu, tapi lama-kelamaan akan mengganggu karena kalian sudah mengunjungi lokasi tersebut tapi harus mendengarnya lagi.
Salah satu nilai jual yang menurut saya sangat patut dihargai adalah penggunaan lukisan untuk mendeskripsikan lokasi yang unik di dunia fantasi Metaphor: ReFantazio. Terkadang ketika Will mengunjungi lokasi tertentu, Neuras akan menghentikan Gauntlet Runner-nya hanya untuk melihat lokasi-lokasi ini.
Karena Neuras dikenal sebagai pelukis sekaligus insinyur Gauntlet Runner, lukisannya selalu memukau untuk dilihat dan dipamerkan. Lokasi-lokasi ini juga menunjukkan bagaimana ATLUS menggunakan berbagai macam warna dan suasana agar kalian bisa lebih mengapresiasi sisi artistik dari studio tersebut.
Kualitas Audio dan Pengisi Suara yang Fantastis
Shoji Meguro kembali lagi untuk mengisi soundtrack Metaphor: ReFantazio. Game ini memiliki nuansa soundtrack gabungan dari Shin Megami Tensei: Strange Journey dan Fire Emblem, yang membuat kalian mendengarkannya dengan volume penuh setiap kali diputar.
Saya masih terkejut bahwa Meguro dan timnya merekrut seorang pendeta kuil untuk menyanyikan sebagian besar soundtrack karena suaranya adalah nilai jual utama saat trailer pertama Metaphor: ReFantazio terungkap. Suaranya juga memberikan nuansa yang membuat orang ingin mencari tahu tentang game ini.
ATLUS memang telah merilis soundtrack Metaphor: ReFantazio di Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, tetapi mereka hanya merilis edisi “Special Soundtrack”. Itu berarti beberapa lagu mungkin hanya dapat didengar di dalam game dan kita mungkin harus menunggu sedikit lebih lama hingga soundtrack lengkapnya muncul.
Metaphor: ReFantazio juga memiliki pengisi suara yang luar biasa dalam bahasa Jepang dan Inggris. Karena saya memainkan game ini pertama kali dalam audio bahasa Jepang, saya tidak bisa berkomentar banyak tentang audio bahasa Inggris, tetapi saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa audio bahasa Jepang sangat bagus. Saya baru memainkan game ini untuk kedua kalinya dengan menggunakan audio bahasa Inggris dan saya dapat melihat dengan jelas mengapa ATLUS memilih pengisi suara Eropa daripada Amerika. Suara Hulkenberg dalam versi bahasa Inggris bahkan membuat saya terpesona.R
Review ini saya akui sudah terlambat 3 minggu, jadi saya tidak dapat berkomentar banyak tentang kualitas audionya. Mengapa? Karena ATLUS telah memperbaiki calon kritikan saya seminggu setelah Metaphor: ReFantazio diluncurkan: Volume audio.
Ketika saya memainkan Metaphor: ReFantazio, volume audio game ini sangat rendah sehingga saya harus menggunakan headset untuk memainkannya. Saya pikir PC saya bermasalah dengan aspek itu, tetapi tampaknya masalah ini berasal dari ATLUS. Hey, setidaknya mereka telah memperbaikinya sehingga saya dapat mengatakan kualitas audio game ini dengan positif.
Ada New Game+ untuk Tantangan Lebih Intens
Jika kalian memainkan Metaphor: ReFantazio pertama kali, kalian akan menyadari bahwa ada pilihan difficulty “Regicide” yang tidak bisa dipilih. Ini memang disengaja oleh ATLUS karena kalian harus menamatkan game tersebut pertama kali.
New Game+ adalah tantangan terbaru bagi kalian yang ingin merasakan tantangan Metaphor: ReFantazio dengan intensitas yang lebih sulit. Kelebihan New Game+ adalah semua progress dari permainan pertama akan terbawa sehingga membuat game di awal akan sangat mudah, tetapi musuh akan tetap berbahaya ketika mencapai pertengahan dan akhir game nanti.
Kita harus ingat kembali bahwa Metaphor: ReFantazio adalah game yang berdurasi 60-80 jam untuk menyelesaikan cerita utamanya saja (100+ jam jika menyelesaikan cerita sampingan). Jika kalian memiliki waktu luang dengan durasi tersebut, mungkin New Game+ akan cocok bagi kalian.
Salah satu tantangan yang mungkin kalian nantikan adalah buku misterius yang berada di Akademia nanti. Apakah kalian akan sanggup mengalahkannya di New Game+?
Game yang bagus