Review A Space for the Unbound: Drama Dua Sejoli Dengan Bumbu Supernatural

Bagaimana jika orang yang Anda cintai adalah bayangan dari kenyataan? Apa yang akan terjadi pada dunia? A Space for the Unbound akan mengungkap semua itu dalam drama dua kekasih dan bagaimana mereka menghadapi semua tantangan yang ada.

Saya ingin berterima kasih kepada Toge Productions yang telah memberikan saya kesempatan untuk mencoba game ini.

Berbasis di Surabaya, Mojiken Studio adalah pengembang dari When The Past Was Around dan A Space for the Unbound. Dalam penerbitannya, Mojiken Studio dibantu oleh Toge Productions dan Chorus Worldwide.

A Space for the Unbound merupakan sebuah petualangan naratif slice-of-life yang berlatar belakang di akhir tahun 90-an di pedesaan Indonesia yang menceritakan tentang mengatasi kecemasan, depresi, dan hubungan antara seorang anak laki-laki dan perempuan dengan kekuatan supernatural. A Space for the Unbound sudah tersedia di PS5, Xbox Series X, Xbox Series S, PS4, Xbox One, Nintendo Switch, dan PC (Steam, Epic Games Store, GOG).

Lantas, apa yang membuat A Space for the Unbound menjadi game indie dengan cerita naratif yang interaktif dan mendalam ini? Berikut review yang dibuat setelah memainkan game ini selama 11 jam.

Review A Space for the Unbound

Menyelami Lubuk Hati Seseorang

Saat memasuki awal game, kalian akan disuguhkan dengan cerita singkat antara seorang anak laki-laki bernama Atma dan seorang anak perempuan bernama Nirmala. Keduanya menjadi teman dekat karena memiliki kesukaan yang sama, yaitu menulis.

Nirmala ingin menyelesaikan buku ceritanya, tetapi dia masih ragu mengenai akhir dari cerita miliknya. Sebagai kawan baiknya, Atma menyarankan Nirmala untuk membuka memori apa saja yang mungkin bisa menjadi akhir ceritanya.

Di awal game ini, kalian akan dikenalkan dengan fitur penting dari A Space for the Unbound, yaitu “spacedive”. Fitur ini sangat memegang andil dan menjadi bagian dari cerita utama game ini, di mana hampir keseluruhan game akan berkaitan dengan fitur tersebut. Ini adalah saat kalian menyadari bahwa A Space for the Unbound bukan hanya game indie seperti biasanya, tetapi unsur supernatural di dalamnya membuat game ini menjadi spesial.

Setelah Atma membawakan buku cerita Nirmala dari rumahnya, Atma menemukan Nirmala terjebak di sungai. Yang menjadi ironisnya adalah baik Nirmala dan Atma tidak bisa berenang. Sayangnya, Atma terjatuh saat ingin menyelamatkan Nirmala dan terbawa arus sungai yang deras.

Kembali ke Masa SMA dan Kisah Cinta Atma – Raya

Cerita kemudian beralih di mana Atma terbangun di bangku sekolahnya dengan wajah seorang anak perempuan bernama Raya sedang melihatnya. Di dalam cerita ini, Raya diceritakan sebagai pacar dari Atma. Sejak saat itu, kalian sebagai pemain mulai akan merasakan bagaimana A Space for the Unbound berjalan. Kalian akan menjelajahi sekolah dan berinteraksi dengan semua orang di dalamnya.

Seperti yang diumumkan sejak awal oleh Mojiken Studio, A Space for the Unbound adalah game petualangan. Kalian akan mengeksplorasi desa dan sekolah di dalam game ini dengan bumbu-bumbu supernatural.

Kalian nantinya akan mendapatkan beberapa tugas, atau dalam kata Raya adalah “goals”, untuk menavigasi kalian, misalnya seperti mengumpulkan 20 tutup botol, mengumpulkan permen YOMAN, dan bahkan mendengar lagu koplo.

Selain itu, kalian akan melihat banyak kegiatan yang mungkin akan memunculkan kisah masa lalu masing-masing. Contoh paling dekatnya adalah aktivitas yang biasa dilakukan anak-anak nakal dahulu, seperti bolos sekolah, berkelahi, dan dimarahi oleh guru.

Semakin kalian mengeksplorasi, semakin kalian menyadari bahwa Raya memiliki suatu kekuatan yang unik. Kekuatan ini membuatnya bisa menghentikan waktu, membuat benda-benda bisa melayang, dan memanipulasi realitas. Mungkin terlihat seperti keren, tapi kalian akan sadar bahwa kekuatan super Raya memiliki kaitannya dengan keanehan-keanehan yang akan dihadapi nanti.

Selain ceritanya yang sangat interaktif dan mendalam, A Space for the Unbound memiliki estetika seni yang memiliki makna tertentu. Dengan makna yang berasa nostalgia, estetika dalam game ini terkadang terlihat lebih terasa sentimental, meskipun itu tidak melewati batas klise. Palet warna yang digunakan membuat A Space for the Unbound berasa seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan dan membuat latar desa dalam game ini menjadi sangat hidup.

Mini-Games di Setiap Saat dan Pertarungan Yang Memicu Nyali

A Space for the Unbound memiliki banyak tantangan dan mini-game yang disajikan di setiap saat dan tentunya tidak membosankan. Mungkin kalian akan menemukan min-game yang mengadu kesabaran hati, seperti melewati guru, mengalahkan skor arkade, belajar juggling bola, hingga menjadi detektif.

Selain fitur “spacedive”, fitur utama yang menjadi bagian penting dari A Space for the Unbound adalah fitur pertarungan yang dilakukan secara real-time. Kalian akan dihadapkan dengan fitur ini hingga kalian menamatkan game ini, jadi disarankan untuk terbiasa. Mungkin kalian akan sedikit kewalahan, tetapi pastinya nanti akan terbiasa.

Salah satu hal terberat dari fitur ini adalah ketika terjadi pertarungan yang memiliki aspek dalam cerita, seperti pertarungan dengan Erik, teman masa kecil Raya, atau pun dengan lawan terakhir yang mungkin akan kalian lihat nanti.

Kucing, Kucing, dan Kucing!

Hal yang saya sukai dari A Space for the Unbound dan mungkin menjadi favorit saya adalah ketika Atma mengelus kucing-kucing liar dan memberikan mereka nama. Mungkin ini terlihat bisa saja, tetapi hal kecil seperti ini benar-benar memunculkan rasa apresiatif terhadap Mojiken Studio.

Bisa saja mereka tidak menambahkan kucing-kucing liar ini, tetapi jika dihapus, elemen pelengkap A Space for the Unbound akan hilang begitu saja. Oleh sebab itu, kucing-kucing ini memiliki peranan penting dalam perkembangan cerita Atma, Raya, dan Nirmal.