Review Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name

Review Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Kisah Kazuma Kiryu masih tidak berakhir. Pilihannya untuk memalsukan kematian dirinya dengan bantuan Daidoji Faction di Yakuza 6: The Song of Life dan berakhir menjadi agen khusus bernama “Joryu” membuat Kiryu mempertanyakan pilihan hidupnya hingga saat ini. Kali ini, Gamedaim mendapatkan kesempatan dari SEGA dan Ryu Ga Gotoku Studio untuk menulis review Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name.

Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name adalah sebuah “jembatan” antara Yakuza 6: The Song of Life, Yakuza: Like a Dragon, dan Like a Dragon: Infinite Wealth. Apakah Ryu Ga Gotoku Studio dapat menceritakan kisah Kiryu melalui “jembatan” ini? Atau kisahnya tidak menambahkan esensi apa pun untuk game terbarunya?

Berikut review dari Gamedaim setelah memainkan Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name selama 42 jam. Kami juga memberikan catatan bahwa SEGA dan Ryu Ga Gotoku Studio hanya memperbolehkan kami menuliskan review ini hingga Chapter 2.

Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name sudah tersedia di PS5, Xbox Series X, Xbox Series S, PS4, Xbox One, dan PC (Steam, Microsoft Store).

Review Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name


Menjawab Pilihan Hidup Kazuma Kiryu

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Kisah dimulai di mana Kiryu berhasil memalsukan kematiannya untuk melindungi dirinya dan anak-anak yang berada di pengasuhan Morning Glory. Sekarang, Kiryu meninggalkan kehidupan yakuza dan hidup secara tentram di sebuah kuil Buddha di Yokohama.

Sayangnya, Daidoji Faction tidak memberikan Kiryu istirahat yang tenang, meskipun mereka sendiri yang membantunya untuk dapat memalsukan kematian. Sebuah hukum keseteraan, singkatnya. Daidoji Faction memberikan semua akses tersebut, tetapi Daidoji Faction juga bisa berekpektasi untuk mendapatkan hasil dari Kiryu sebagai agen mereka.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Di awal game, kalian akan melihat sebuah cutscene di mana Kiryu harus melindungi cucu perempuan Yutaka Ogikubo, seorang perwira tinggi di Daidoji Faction. Sama seperti game-game Yakuza sebelumnya, kalian akan disuguhkan tutorial singkat mengenai sistem beat-‘em-up yang menjadi fokus utama game tersebut.

Mengingat game ini rilis setelah Yakuza: Like a Dragon, yang menggunakan sistem turn-based RPG, maka sangat tidak heran apabila Ryu Ga Gotoku Studio memberikan tutorial kembali untuk memanaskan memori otak kalian.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Setelahnya, cerita berpindah ke manajer Kiryu, Kihei Hanawa, yang memberikan tugas kepada Kiryu untuk menjaga pengiriman pendanaan kelompok militan di dermaga. Dengan menggunakan nama agen “Joryu”, Kiryu akhirnya menerima tugas tersebut.

Seperti kisah-kisah game Yakuza lainnya, kalian bisa berekspektasi sebuah tugas sederhana yang bisa berimplikasi ke mana-mana. Dalam game ini, truk yang membawa pengiriman tersebut ternyata membawa orang-orang bertopeng yang ingin menculik Hanawa dan Kiryu berhasil menghentikan mereka.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Dari sini, kisah Kiryu dari Chapter 1 hingga 2 tergolong cukup linier sebelum akhirnya lokasi Sotenbori terbuka untuk kalian eksplorasi. Hingga tahap ini, Ryu Ga Gotoku Studio menginginkan kalian untuk mengeksplorasi semua lokasi yang ditawarkan mereka. Nostalgia tentunya akan menerpa kalian, karena lokasi Sotenbori sudah menjadi lokasi ikonik dalam game Yakuza.

Setelahnya, kalian akan bertemu dengan karakter baru seperti Akame yang nantinya akan menuntun kalian untuk membuka lokasi baru bernama “The Castle”. Singkatnya, lokasi ini merupakan lokasi yakuza yang mewah dan dikelola oleh Homare Nishitani III yang hanya bisa diakses oleh helikopter dan berada di tengah laut.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

The Castle akan menjadi lokasi penting lainnya dalam game ini, karena kisah Kiryu nanti akan sangat berkaitan dengan Sotenbori dan The Castle. Entah kaitannya itu seperti apa, tetapi yang pasti kalian akan tahu setelah mencapai akhir Chapter 2.

Salah satu plot menarik yang bisa saya tulis di sini adalah bagaimana Tsuruno, yang akhirnya ditemukan oleh Kiryu, mengatakan bahwa alasan dia ingin mengulur Kiryu keluar dari cengkraman Daidoji Faction karena Omi Alliance dan Tojo Clan ingin membubarkan kelompok mereka.

Dari plot ini, kisah Kiryu dalam Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name terlihat sangat jelas: Kiryu menjadi “jembatan” antara kisah Yakuza 6: The Song of Life, Yakuza: Like a Dragon, dan Like a Dragon: Infinite Wealth.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Apakah pilihan hidup Kiryu untuk meninggalkan kehidupan yakuza adalah benar? Apakah Kiryu rela memalsukan kematiannya? Lalu apakah Kiryu memiliki penyesalan saat memilih pilihan hidup tersebut? Saya bisa katakan semuanya akan terjawab di Chapter 3 ke atas.

Sayangnya, saya tidak bisa membahas lebih lanjut karena Chapter 3 ke atas sudah jatuh ke dalam ranah “spoiler garis keras”.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Di sisi lain, kisah Kiryu ini juga tergolong sebagai “ekspansi” dari Yakuza: Like a Dragon. Saya menyukai pilihan Ryu Ga Gotoku Studio untuk membuat game terpisah daripada membuat sebuah ekspansi, karena hal ini bisa membuat mereka mengeksplorasi kisah-kisah karakter lainnya yang mungkin layak mendapatkan penceritaan.

Apakah kalian tidak ingin memainkan kisah Daigo Dojima, Akira Nishikiyama, Makoto Date, atau bahkan Jo Amon? Menceritakan sebuah kisah karakter melalui game dengan cakupan seperti Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name bisa membuka peluang bagi Ryu Ga Gotoku Studio untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan peluang genre baru yang mereka bisa sentuh.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Jika genre turn-based RPG dan detektif saja bisa, kenapa genre lainnya tidak? Dunia waralaba Yakuza memiliki banyak potensial di dalamnya dan Ryu Ga Gotoku Studio bisa memanfaatkan semua hal tersebut.

Kembali lagi dengan kisah Kiryu. Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name secara singkat bisa saya katakan merupakan sebuah jawaban dan alasan mengapa Kiryu masih tidak bisa lepas dengan kehidupan yakuza, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Kiryu merupakan sebuah karakter ikonik yang tidak bisa digantikan begitu saja oleh Ryu Ga Gotoku Studio. Oleh sebab itu, melakukan transisi secara perlahan untuk menggantikan Kiryu dengan penerusnya adalah langkah yang benar.

Mungkin semua pertanyaan itu akan terjawab di Like a Dragon: Infinite Wealth nanti.

Intensitas Gameplay dan Battle yang Semakin Sempurna

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Karena sistem beat-‘em-up kembali lagi, maka kalian akan melihat kembali gaya-gaya bertarung Kiryu dalam menangani musuhnya. Dalam situasi kali ini, Ryu Ga Gotoku Studio hanya menyajikan dua gaya bertarung bagi Kiryu, yaitu:

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Saat kalian memasuki gameplay pertama Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name, kalian akan menggunakan Agent Style berserta dengan tutorial singkatnya. Sedangkan untuk Yakuza Style, kalian bisa menggunakannya ketika kalian sudah bertemu Kosei Shishido.

Khusus Agent Style, gaya bertarung ini akan tergolong sedikit modern karena gaya tersebut menggabungkan “gadget” sebagai pelengkap. Beberapa gadget yang akan kalian temui nanti adalah Spider, Serpent, Firefly, hingga Bee.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Di Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name, Ryu Ga Gotoku akan memperkenalkan kembali fitur “Ultimate Counter”. Singkatnya, fitur ini memungkinkan kalian untuk menangkis boss yang mempunyai gaya spesial tanpa mengorbankan darah karakter kalian.

Gameplay Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan game-game Yakuza sebelumnya, yang menggunakan Heat Action dan Extreme Heat Mode, tetapi yang membedakannya adalah gaya-gaya bertarung Kiryu terasa lebih intens daripada sebelumnya.

Intensitas tersebut mungkin bisa muncul karena engine yang digunakan saat ini sudah mencapai batas ekspektasi para penggemarnya. Ini sebenarnya bisa menjadi faktor bagus bagi Ryu Ga Gotoku Studio karena mereka bisa memanfaatkan gameplay saat ini untuk mencoba merombak Yakuza 3 hingga Yakuza 5.

Akame Network, Berkah atau Kutukan?

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Ada salah satu karakter baru yang menarik untuk dibahas, yaitu Akame. Dalam game ini, Akame dideskripsikan sebagai “seorang ahli dalam segala hal” yang tinggal di Sotenbori.

Salah satu fitur menarik dan, mungkin menurut saya, seharusnya diimplementasikan sejak dahulu adalah fitur “Akame Network”. Singkatnya, jaringan ini dibuat oleh Akame dari para tunawisma di Sotenbori untuk mengumpulkan informasi dan melakukan permintaan berisiko yang dihindari oleh orang lain.

Jika saya melihat fitur ini, saya melihat bagaimana Ryu Ga Gotoku Studio membalut sistem side quest dan sub quest agar orang-orang tertarik untuk mengerjakannya. Jujur, saya tidak ada masalah dengan hal ini dan malah mendukung mereka. Kenapa? Karena salah satu kekurangan utama dari setiap game Yakuza adalah banyaknya side quest dan sub quest yang ditawarkan.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Memang, pemain dari dulu sering diberikan intensif untuk menyelesaikan sebuah side quest dan sub quest, tetapi menu yang ditampilkan hingga cara menemukannya terkadang sangat membosankan dan membuat pemain malas untuk mengerjakannya.

Dengan adanya fitur Akame Network, kalian akan bisa melihat secara langsung berapa banyak side quest dan sub quest yang ada dalam sebuah area tanpa kalian harus terjun langsung. Ini merupakan nilai jual yang sangat dibutuhkan oleh Ryu Ga Gotoku Studio agar para pemainnya tidak bosan.

Mini Game Kembali Lagi, Tetapi Tidak Wajib!

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Salah satu nilai jual dari game Yakuza adalah banyaknya mini game yang menarik untuk dicoba. Tetapi, ada beberapa hal yang sangat dihindari oleh semua pemainnya, yaitu menyelesaikan semuanya agar mendapatkan achievement atau menyelesaikan sebuah side quest/sub quest.

Sebagai pemain lama yang sangat tidak menyukai sistem ini, saya dapat memberikan kabar gembira bahwa Like a Dragon Gaiden: The Man Who Erased His Name tidak mengharuskan kalian untuk memainkan semua mini game agar dapat menyelesaikan sebuah side quest tertentu atau mendapatkan achievement.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Memang, beberapa mini game ada yang wajib dicoba oleh pemain dan harus dicoba untuk menyelesaikan kisah Kiryu, seperti karaoke, golf, cabaret club, dart, arcade system, hingga pocket circuit. Khusus cabaret club, kalian akan disuguhkan dengan lima model dalam cutscene live-action yang “sangat pedas”. Di sisi lain, pocket circuit akan memunculkan nostalgia kalian saat mini game ini muncul di beberapa game Yakuza.

Salah satu mini game yang sangat mengesankan, dan menurut saya adiktif, adalah adanya mini game Hell Arena. Mini game ini berlokasi di The Castle dan akan menawarkan kalian berbagai macam hiburan pertempuran yang bisa kalian coba. Misalnya, ada salah satu hiburan bernama Hell Team Rumble yang memungkinkan kalian untuk bertempur dengan sebuah tim dalam match team-versus-team.

Sumber: Ryu Ga Gotoku Studio / SEGA

Dalam Hell Team Rumble, sekutu yang lebih tangguh harus ditempatkan di garis depan, sementara anggota pendukung dan sekutu dengan senjata jarak jauh harus ditempatkan di belakang. Di sini juga menjadi tempat di mana kalian akan mengumpulkan sebagian besar duit kalian untuk membeli peralatan dan sebagainya.

Sayangnya, salah satu kekurangan utamanya adalah mereka mengimplementasikan opsi fast travel di The Castle yang sebenarnya tidak diperlukan. Salah satu fitur menarik lainnya adalah fitur Boutique yang memungkinkan kalian untuk menyesuaikan penampilan Kiryu.

Kazuma Kiryu versi Dub Inggris yang Tidak Memuaskan

Salah satu hal yang mengecewakan bagi saya untuk game ini adalah versi dub Inggris dari Kazuma Kiryu yang tidak memuaskan. Saya memahami bahwa versi dub ini dilakukan agar mencapai pasar-pasar yang jarang disentuh, terutama khususnya pasar internasional yang sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Tetapi, saya jujur tidak menyukai kualitas dub yang ditawarkan oleh Yong Yea untuk Kazuma Kiryu setelah mencoba mendengarkannya selama 1 jam.

Mungkin telinga saya yang tidak cocok atau mungkin saya sudah terbiasa dengan versi dub aslinya (Jepang), tetapi versi dub Inggris ini sangat-sangat monoton. Saya bahkan sangat tidak mendapatkan kesan Kazuma Kiryu yang biasa saya dapat dari versi dub Jepang.

Bagi saya, pemilihan Yong Yea sebagai Kazuma Kiryu merupakan sebuah anomali dari SEGA dan Ryu Ga Gotoku Studio.

Saya akan mengatakannya di sini: Mohon maaf, jika kualitasnya masih seperti ini, saya lebih memilih untuk tetap menggunakan versi dub Jepang. Saya masih menghormati Yong Yea sebagai pengisi suara di game-game lainnya, tetapi untuk game yang satu ini, bagi saya dia tidak cocok untuk mengisi suara Kazuma Kiryu.


Exit mobile version