Selama pengumuman Nintendo Direct: Nintendo Switch 2 yang digelar pada 2 April 2025, semua orang melampiaskan kelegaannya. Semua orang senang bahwa konsol ini memang nyata dan akan rilis dalam kurun waktu dua bulan lagi.
Meskipun demikian, pengumuman ini menyimpan kejanggalan tertentu, misalnya seperti tidak adanya pengumuman harga Nintendo Switch 2 dan game-nya hingga hal-hal teknis seperti game card yang masih misterius.
Setelah pengumuman berakhir, orang-orang menyadari bahwa di balik kelegaan mereka, muncul kekhawatiran baru terkait rencana Nintendo untuk masa depan Nintendo Switch 2. Harga game yang tiba-tiba naik secara drastis menjadi 80 dolar AS, atau sekitar Rp1,3 juta, hingga adanya kemunculan Game-Key Card menjadi beberapa contoh di antaranya.
Oleh sebab itu, saya memutuskan membahas semua kejanggalan ini dalam sebuah artikel yang dipadu dengan data mendukung. Sudah siap? Mari kita bahas.
Contents
Kejanggalan Pengumuman Nintendo Switch 2, Apa Saja?
Kenaikan Harga Game Menjadi 80 Dolar AS
Judul utama, dan menjadi viral, dari semua pemberitaan Nintendo Switch 2 adalah kenaikan harga game. Nintendo secara resmi menaikkan harga game fisik mereka menjadi 80 dolar AS dan mengejutkan banyak orang.
Saat artikel ini ditulis, beberapa game Nintendo Switch 2 yang akan menggunakan harga 80 dolar AS untuk game fisik mereka adalah:
- Mario Kart World
- Super Mario Party Jamboree – Nintendo Switch 2 Edition + Jamboree TV
- The Legend of Zelda: Tears of the Kingdom – Nintendo Switch 2 Edition
- Kirby and the Forgotten Land – Nintendo Switch 2 Edition + Star-Crossed World
Semua orang tentunya tidak ada yang menyangka Nintendo menjadi perusahaan pertama untuk mendorong kenaikan harga game di industri game sejak Take-Two Interactive dengan harga 70 dolar AS untuk NBA 2K21 pada tahun 2020.
Kenaikan harga ini tetap memunculkan argumen utama: Jika ada sebuah perusahaan game menaikkan standar harga game mereka, penerbit lainnya akan mulai menggunakan standar yang sama.
Argumen ini valid karena bagi konsumen, terutama yang bertempat tinggal di negara-negara berkembang seperti Indonesia, 80 dolar AS jika dikonversikan akan berkisar Rp1,3 juta, sekitar 25% dari upah minimum bulanan para pekerja di Indonesia pada tahun 2025.
Selain itu, sejarah Nintendo yang tidak pernah menurunkan permanen harga game mereka membuat konsumen menjadi frustrasi dengan kenaikan harga ini. Kita bisa melihat bukti ini dari banyaknya komentar di siaran langsung “Nintendo Treehouse: Live | Nintendo Switch 2 Day 1“, yang menuliskan “drop the price“.
Jika kita melihat lensa para analis, kenaikan harga game ini dianggap sebagai serpihan dari rencana masa depan Nintendo untuk Nintendo Switch 2.
“Meskipun harga sebuah produk selalu dapat diturunkan dari waktu ke waktu, sangat sulit dan menyakitkan untuk menaikkan harga sebuah produk setelah produk tersebut diumumkan atau diluncurkan,” ujar analis Cicana, Mat Piscatella, kepada IGN. “Ini murni spekulasi saya sendiri, tetapi penetapan harga ini paling mudah dijelaskan dengan mencoba bersikap konservatif mengingat kondisi pasar yang kacau saat ini.”
Menurut analis Omdia, James McWhirter, Nintendo tampaknya sedang menguji penetapan standar harga game dan mereka menggunakan Mario Kart World dalam uji coba tersebut. Ini dilakukan karena dari game-game yang ada di industri game saat ini, Mario Kart World yang akan sukses dengan harga 80 dolar AS.
Alasan tersebut terlihat valid mengingat Mario Kart 8 Deluxe sudah terjual 67,3 juta kopi sejak rilis di Nintendo Switch pada April 2017.
Jika uji coba ini tidak berhasil, Nintendo dapat menurunkan harga game mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui metode seperti Nintendo Switch Online.
“Waktunya selaras dengan kenaikan harga secara bertahap di industri yang lebih luas untuk konten premium, seperti yang telah kita lihat dengan penerbit lain yang beralih ke game seharga 70 dolar AS,” tambah seorang profesor di NYU Stern School of Business, Joost van Dreunen.
Gamedaim Hadir di TikTok! Ayo Follow kami di @gamedaimcom dan dapatkan berbagai konten menarik seputar dunia game.
“Nintendo mungkin melompati langkah peralihan ini dengan memperhitungkan bahwa audiens yang sangat besar untuk Mario Kart akan mentolerir titik harga yang lebih tinggi untuk apa yang tampaknya merupakan pengalaman yang diperluas secara signifikan dibandingkan dengan game sebelumnya.”
CEO Kantan Games, Serkan Toto, juga menyebut kenaikan harga game ini sebagai langkah yang “cukup berani”: “Tarif bisa saja berperan, tapi menurut saya ini jauh lebih sederhana: Nintendo membebankan harga ini karena mereka merasa mampu dan orang-orang akan membayarnya.”
Di sisi lain, direktur riset dan wawasan di Niko Partners, Daniel Ahmad, menyebutkan bahwa kenaikan harga game ini akan “menjadi standar industri selama dua tahun ke depan”.
“Salah satu alasan untuk harga yang lebih tinggi adalah meningkatnya biaya Game Card yang baru dan lebih cepat, dengan kapasitas yang lebih tinggi yang lebih mahal untuk diproduksi daripada disk blu-ray PS5,” tambah Ahmad.
Sebagian bahkan merasa kenaikan harga game yang dilakukan oleh Nintendo adalah langkah yang harus terjadi, mengingat Nintendo memilih menjual harga game digital dengan seharga 70 dolar AS, 10 dolar AS lebih murah dari game fisik mereka yang dibanderol 80 dolar AS.
“Kelihatannya mahal,” ujar direktur pelaksana retailer GAME, Nick Arran, kepada The Game Business. “Tapi saya ingat pernah berjalan ke Woolworths dan menghabiskan 50 euro untuk Nintendo 64, dan itu terjadi hampir 30 tahun yang lalu.”
Arran melanjutkan, “Sebagai retailer, kami menjual game dengan harga yang sama dengan harga yang kami jual 10 tahun yang lalu, namun biaya kami terus meningkat [dan] biaya penerbit juga meningkat. Langkah yang berani, tapi itu memang harus dilakukan.”
Bagi Arran, perbedaan harga game digital dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi retailer seperti GAME.
“Ini adalah sebuah tantangan. Nintendo didominasi oleh produk fisik dan kami bangga menjadi produk fisik,” ungkap Arran. “Untuk membuat langkah sebelum PlayStation dan Xbox bahwa game digital akan lebih murah daripada game fisik, ini adalah langkah yang berani dan akan menjadi sedikit tantangan bagi kami sebagai retailer.”
Perlu dicatat bahwa Nintendo sendiri tidak memberikan komentar apa pun terkait harga 80 dolar AS, bahkan beberapa media yang mendapatkan akses preview Nintendo Switch 2 tidak diperkenankan untuk menanyakan topik terkait harga konsol dan game (informasi ini sudah dikonfirmasikan oleh mantan karyawan Nintendo of America, Kit dan Krysta).
Para analis juga percaya bahwa kenaikan harga game Nintendo Switch 2 menjadi 80 dolar AS bisa mendorong Take-Two Interactive dan Rockstar Games menggunakan harga yang sama untuk Grand Theft Auto VI.
“Terus terang, saya berharap harga awal Grand Theft Auto VI setidaknya 80 dolar AS, dengan beberapa opsi kenaikan harga yang mencakup ekspansi, DLC, dan Early Acess,” ujar manajer layanan klien di Newzoo, Lauren Universe, kepada IGN.
Pada akhirnya, argumen para konsumen tetap valid: Kenaikan harga game dari Nintendo telah menjadi alarm keras untuk penerbit lain agar mulai menaikkan harga game mereka, tetapi bagi konsumen, hal ini akan menjadi kekhawatiran yang akan terus terjadi dengan situasi ekonomi yang tidak stabil.
Game Tech Demo Berbayar
Salah satu langkah yang mengherankan banyak orang dari pengumuman Nintendo Direct: Nintendo Switch 2 adalah adanya game tech demo yang berbayar.
Nintendo Switch 2 Welcome Tour adalah tech demo yang bertujuan untuk memperkenalkan fitur-fitur dan manfaat Nintendo Switch 2, tetapi tech demo ini dijual dengan seharga 990 yen, atau sekitar Rp111.000.
Tentunya banyak orang tidak menyukai keputusan Nintendo ini dan mulai membandingkan keputusan Sony Interactive Entertainment untuk menggratiskan game tech demo PS5, Astro’s Playroom.
Sebagian besar konsumen dan analis setuju bahwa ini adalah keputusan yang kontroverial, meskipun beberapa media yang mendapatkan akses eksklusif preview Nintendo Switch 2 mengatakan bahwa mereka mendukung implementasi harga Nintendo Switch 2 Welcome Tour.
Bagi saya, keputusan ini tetap keputusan terburuk yang dilakukan oleh Nintendo, terlepas adanya akses preview dari media. Ini juga bisa menjadi contoh buruk bagi PlayStation dan Xbox untuk melakukan hal yang sama di konsol mereka ke depannya.
Tidak ada pembenaran dari keputusan ini.
Perkenalan Game-Key Card
Setelah pengumuman Nintendo Direct: Nintendo Switch 2, orang-orang dikejutkan dengan adanya sistem Game Card baru bernama Game-Key Card.
Intinya, Game-Key Card adalah sistem yang sama seperti sistem single-use code di Nintendo Switch, tetapi yang membedakan adalah kalian membutuhkan Game Card sebagai “kunci” untuk membuka data di internet agar bisa diunduh. Catatan lainnya adalah kalian tidak bisa melepas Game Card tersebut saat memainkan game.
Saya mendeskripsikannya sebagai “langkah-langka ekstra untuk memainkan game digital”. Sistem ini tentunya menuai kontroversi dari para kolektor game fisik karena esensinya, data game dari Game-Key Card hanya bisa diakses melalui internet.
Kekhawatiran para kolektor ini valid, mengingat Nintendo bisa saja menutup akses data ini layaknya Nintendo eShop 3DS dan Wii U.
Kita juga masih tidak tahu pasti apakah Game-Key Card ini bisa ditukar atau dijual kembali karena situs web yang menjelaskan hal ini hanya berada dalam versi Jepang.
Argumen lainnya, yang mendukung eksistensi Game-Key Card, adalah game-game yang cukup besar bisa menggunakan sistem ini. Kita bisa melihat buktinya dengan menunjukkan beberapa game Nintendo Switch 2 yang akan menggunakan Game-Key Card:
- Bravely Default Flying Fairy HD Remaster
- Elden Ring Tarnished Edition
- Nobunaga’s Ambition: Awakening Complete Edition
- Shine Post: Be Your Idol!
- Street Fighter 6
- Survival Kids
Implikasi dari adanya Game-Key Card adalah para penerbit akan mulai bergantung dengan sistem ini ke depannya. Ini berarti data game yang diunduh bisa saja lebih besar dan harga game akan lebih murah karena para penerbit tidak membayar penyimpanan Game Card yang lebih besar.
Kita bisa melihat implikasi ini dari Cyberpunk 2077: Ultimate Edition yang dikenakan biaya 70 dolar AS karena seluruh data game tersebut, yang sebesar 64 GB, berada dalam Game Card langsung, bukan dari internet.
Hanya Mendukung microSD Express
Kejutan lainnya adalah dukungan penyimpanan eksternal untuk game-game Nintendo Switch 2 hanya berupa microSD Express. Sekarang, microSD biasa hanya bisa digunakan oleh konsol tersebut untuk menyimpan foto dan video saja.
Nintendo mencatat bahwa microSD Express yang berlisensi bisa dibeli melalui My Nintendo Store.
Salah satu contoh implikasi yang terjadi adalah kejadian di Jepang (via Automaton), di mana banyak orang memburu microSD Express dan menjual kembali kartu tersebut dengan harga yang lebih.
Dengan harga yang lebih mahal dari microSD biasa, konsumen mulai mempertimbangkan apakah pembelian microSD Express akan menjadi investasi jangka panjang karena Nintendo Switch 2 memiliki penyimpanan 256 GB.
Kalian bisa melihat harga microSD Express merek Sandisk melalui Tokopedia dan Shopee.
Tidak Masuk Indonesia

Kejutan ini khusus komunitas Nintendo di Indonesia, di mana Nintendo telah mengumumkan bahwa Nintendo Switch 2 akan dijual di Asia Tenggara melalui Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina pada periode Juli hingga September 2025.
“Kami sedang berupaya untuk meluncurkan layanan online, termasuk Nintendo Switch Online dan Nintendo eShop di empat negara ini. Detailnya, termasuk waktu peluncuran, akan diumumkan di kemudian hari. Mohon tunggu kabar terbaru dari kami,” ujar Nintendo.
Tentunya pengumuman ini membuat para konsumen dan penggemar Nintendo di Indonesia kecewa. Artikel Kakuchopurei bahkan menjelaskan alasan mengapa Nintendo tampak tidak melirik pasar Indonesia.
Salah satu pendiri Mojiken Studio, Eka Pramudita, mengungkapkan bahwa Indonesia belum menjadi penggerak utama penjualan Nintendo Switch sejak tahun 2017.
Menurut Eka, Nintendo mungkin telah melihat jumlah pengembang dan penerbit yang sudah mapan di Indonesia dan menyimpulkan tidak ada cukup banyak pengembang dan penerbit AA atau AAA dibandingkan dengan tempat lain seperti Singapura.
Eka juga mencatat bahwa Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang mengacu pada persentase bahan, tenaga kerja, dan teknologi lokal yang digunakan dalam produk atau layanan Indonesia, mungkin memiliki andil dalam hal ini.
Pemerintah Indonesia menggunakan TKDN untuk mendorong industri agar menggunakan lebih banyak sumber daya lokal, meningkatkan produksi dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan impor.
“Di Indonesia, sudah ada badan dan perwakilan lokal untuk Xbox dan PlayStation, tetapi tidak begitu banyak untuk Nintendo,” ujar salah satu pendiri Separuh Interactive, Ardhan Fadhlurrahman, kepada Kakuchopurei.
Ardhan menunjuk gejolak politik Indonesia yang saat ini sedang kacau dan harga 80 dolar AS menjadi titik harga yang sangat tinggi bagi para konsumen di Indonesia, terlepas dari banyak pemain yang memiliki Nintendo Switch.
Laporan Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2021, yang disusun bersama Niko Partners, mencatat bahwa platform konsol memiliki popularitas sekitar 9,5%, sangat jauh dibandingkan dengan mobile (84,3%) dan PC (63%).
“Di Asia & MENA, audiens digital native yang lebih muda lebih menyukai mobile dan PC sebagai platform utama mereka untuk bermain game,” ujar direktur riset dan wawasan di Niko Partners, Daniel Ahmad, dalam laporan ekstensifnya.
“Penjualan Nintendo Switch 2 di wilayah ini akan bergantung pada kemampuannya untuk bertindak sebagai platform pelengkap, didukung oleh IP first-party dan third-party yang populer, layanan yang dilokalkan, dan harga regional.”
Ada Versi Jepang dan Multilingual
Mungkin salah satu topik viral selain harga game yang menjadi 80 dolar AS adalah pilihan Nintendo untuk membuat Nintendo Switch 2 versi Jepang dan versi Multilingual.
Yang membedakan antara versi Jepang dan versi Multilingual hanya aspek pembelian dan bahasa yang digunakan saja, di mana versi Jepang secara khusus harus menggunakan UI bahasa Jepang dan Nintendo Account khusus Jepang.
Harga Nintendo Switch 2 versi Jepang juga dibuat lebih murah dibandingkan dengan versi Multilingual, yaitu 49.980 yen, atau sekitar Rp5,6 juta.
Alasan utamanya? Scalping. Sejak tahun 2017, Nintendo Switch selalu diimpor secara ilegal ke Tiongkok sehingga Nintendo melakukan langkah preventif untuk Nintendo Switch 2.
“Ini untuk mencegah penjualan kembali konsol baru oleh pembeli asing yang memanfaatkan harga konsol yang lebih rendah di negara tersebut untuk menjual kembali game tersebut ke wilayah dengan harga yang lebih tinggi – masalah yang dihadapi oleh Nintendo Switch,” ujar direktur riset dan wawasan di Niko Partners, Daniel Ahmad, dalam laporan ekstensifnya.
“Belum ada yang diumumkan untuk peluncuran di Tiongkok pada saat ini, dengan pasar harus bergantung pada impor pasar gelap jika mereka ingin membeli konsol pada saat peluncuran.”
Kesimpulannya apa? Komunikasi dan PR yang sangat kacau. Nintendo sudah kehilangan naratif dalam menanggulangi semua kejanggalan tersebut sehingga banyak misinformasi yang beredar terkait Nintendo Switch 2, mulai dari harga konsol dan game, fitur-fitur yang ditawarkan, akses pre-order, dan sebagainya.
Kejanggalan yang saya bahas di atas baru beberapa dari kejanggalan-kejanggalan lainnya yang masih beredar di media sosial, namun saya berharap lima di antaranya bisa meluruskan informasi yang beredar dengan fakta yang ada.
Nintendo Switch 2 akan rilis pada 5 Juni 2025.