Sebuah laporan telah mengungkapkan dugaan budaya intimidasi dan diskriminasi gender di pengembang dan penerbit video game Eropa, Paradox Interactive.
Informasi ini pertama kali muncul melalui situs publikasi Swedia bernama Breakit. Jika kalian tertarik dengan kondisi industri video game saat ini, kalian bisa melihat artikel kami lainnya di Gamedaim News.
Baca Juga:
- 7 Game RTS Bertemakan WW2, Cocok Untuk Penggemar Sejarah
- eFootball 2022 Akhirnya Unjuk Tanggal Perilisan
- Square Enix: Bravely Default 3 Masih Butuh 3 – 4 Tahun Lagi
Paradox Interactive Melakukan Diskriminasi Gender?
Breakit melaporkan bahwa dua kelompok serikat pekerja Swedia, Unionen dan Sveriges Ingenjörer, mengklaim bahwa 44% dari 133 karyawan Paradox Interactive yang ambil bagian dari survei mereka telah mengalami “penganiayaan”.
Laporan survei ini tergolong sangat tinggi jumlahnya, di mana Paradox Interactive sendiri telah mempekerjakan lebih dari 400 orang.
Dari jumlah tersebut, 36% karyawan wanita Paradox Interactive mengatakan bahwa mereka pernah mengalami perlakuan kasar, dibandingkan dengan 33% di antara persentase karyawan pria yang lebih besar.
Survei tersebut juga menggambarkan “budaya diam” di Paradox Interactive, di mana hampir tidak ada karyawan yang merasa bahwa perlakuan mereka telah perusahaan tangani dengan tepat. “Perlakuan ofensif adalah masalah sistematis dan terlalu umum di Paradox Interactive,” tutup laporan tersebut.
Ada Hubungannya Dengan Pengunduran Diri CEO Ebba Ljungerud?
Menanggapi laporan tersebut, Paradox Interactive telah berusaha untuk melakukan survei internal sendiri di antara karyawan mereka. Menurut email yang bocor (via GamesIndustry.biz), Paradox Interactive saat ini “sedang dalam proses membawa perusahaan eksternal yang netral untuk melakukan tinjauan menyeluruh terhadap proses kami dan survei karyawan yang komprehensif”.
Laporan ini menyusul pengunduran diri mantan CEO Paradox Interactive, Ebba Ljungerud. Dia mengundurkan diri dari perusahaan pekan lalu karena “pandangan berbeda tentang strategi perusahaan”.
Berbicara kepada Breakit, Fredrik Wester (CEO Paradox Interactive) mengatakan bahwa ini tidak ada korelasi antara hasil survei dan kepergian Ljungerud.