CEO dari Embracer Group, Lars Wingefors, mengungkapkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak biaya untuk biaya platform dibandingkan biaya pengembangan game.
Informasi ini diungkapkan oleh Wingefors dalam sesi tanya jawab rapat umum pemegang saham 2023. Jika kalian tertarik dengan kondisi di industri video game, kalian bisa melihat artikel kami lainnya di sini.
Embracer Group Habiskan Lebih Banyak Biaya untuk Biaya Platform daripada Pengembangan Game
Dalam sesi tanya jawab, Lars Wingefors dimintai pendapatnya tentang program Epic First Run.
Program terbaru ini akan memungkinkan pengembang dengan berbagai ukuran untuk mengklaim 100% dari pendapatan jika pengembang setuju untuk membuat game mereka menjadi eksklusif di Epic Games Store selama 6 bulan dengan syarat tertentu.
Setelah 6 bulan berakhir, game tersebut akan kembali ke pembagian pendapatan standar Epic Games Store, yaitu 88% untuk pengembang dan 12% untuk Epic Games.
Sebagai perbandingan, Valve secara tradisional mengambil bagian 30% dari penjualan di Steam, dengan sistem pembagian hasil terbaru yang menawarkan lebih banyak kepada pengembang jika game mereka memenuhi ambang batas penjualan tertentu.
Pada akhirnya, saya pikir ada baiknya untuk memiliki persaingan dengan Steam karena hal ini membuat mereka harus memberikan pengalaman terbaik.
Tentunya, kami ingin membayar lebih sedikit biaya kepada platform. Kenyataannya, kami membayar lebih banyak biaya kepada platform daripada yang kami keluarkan untuk pengembangan game setiap tahunnya dan jika Anda memikirkan angka itu, itu gila.
Jadi, ada margin dengan platform yang saya inginkan untuk membangun lebih banyak game dan beberapa margin lagi, tapi saya pikir itu bagus bahwa Epic ada di sana untuk mencoba membangun platform yang kompetitif.
Pada saat yang sama, konsumen mungkin melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dan mereka ingin dapat memilih platform mereka, jadi ada banyak perspektif yang berbeda untuk itu, saya tidak ingin membahasnya terlalu dalam, tetapi saya pikir persaingan, secara umum, sangat bagus.
Lars Wingefors, CEO of Embracer Group
